Jangan menghakimi = Postmodern view ?

I've added this to my note today after my Sunday service, and I think it could be a blessing for the readers too if i put it here..

Pandangan post-modern atau biasa disingkat "postmo" menekankan bahwa segala sesuatu itu adalah relatif (relativisme). Bagi pandangan postmo kita tidak boleh memaksakan pandangan kita terhadap orang lain, karena setiap orang memiliki kebenarannya masing2.
Bagi postmo, mereka menekankan untuk kita toleransi dalam segala hal.

Matius 7:1 mengatakan "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi". Disini Matius mengatakan untuk supaya kita jangan menghakimi orang lain.

Apakah perkataan "jangan menghakimi" disini sama dengan maksud pola pemikiran postmo supaya kita harus toleransi terhadap apapun? Apakah benar maksudnya seperti itu? toleransi untuk jangan menghakimi orang lain apakah dia itu benar atau salah karena sebenernya benar itu tergantung diliat dari suatu sudut tertentu?

Perkataan "Jangan menghakimi" bukan berarti kita tidak membedakan antara yang benar dan salah. Disatu sisi tidak menghakimi, tapi juga membedakan bahwa sesuatu itu benar dan sesuatu itu jelas salah.. paradoks memang. Disinipun bukan berarti kita toleransi dengan kesalahan seperti dengan postmo.

Sebenarnya kalau diperhatikan, pada saat seseorang bilang "harus toleransi" dengan semuanya - maka sebenernya dia sendiri sudah menjadi orang yang tidak toleran. Mengapa demikian? Karena pada dasarnya kalimat "harus toleransi dgn semuanya" itu pun sudah menjadi kontradiksi. Karena pada saat kita tidak setuju dgn pandangan orang tsb dgn mengatakan "itu salah dan harus diperbaiki". Maka orang itu (kalau mau konsisten dgn omongannya) maka ia tidak akan setuju, karena baginya kita harus toleransi. Tapi pada saat dia tidak setuju, sebenernya dia sudah menjadi seseorang yg tidak toleran dgn pendapat kita. Tidak ada yang benar dan salah bersama2.. Harus ada garis pemisah antara benar dan salah.

Biarlah kita rendah hati pada saat kita belajar akan Firman Tuhan. Seringkali orang pada saat membaca buku yang susah dimengerti (misal buku filsafat, atau buku kedokteran, atau yang lainnya), orang berpikir "wah ini buku kok susah ya" atau "orang yang nulis buku ini hebat sekali saya kok ga kepikir" atau bahkan merasa diri bodoh. Tapi kenyataan ini seringkali berbeda pada saat seseorang yang bukan kristen atau atheis membaca alkitab. Pada saat dia tidak mengerti maka respon mereka seringkali berbeda: "apa si ini buku bikin orang bingung" , "kok kontradiksi semua", "ah kayanya ngaco" akhirnya dibuang begitu saja, mereka menganggap diri mereka lebih pintar dan no appreciation kpd Firman Tuhan.

Didalam ayat ini yang Tuhan mau ajarkan adalah untuk supaya kita menghilangkan semangat (spirit) untuk menjatuhkan orang lain. Ada perbedaan antara gosip dan sharing. Gosip mempunyai semangat menghakimi orang lain (menjatuhkan orang lain sehingga diri kelihatan lebih baik). Sedangkan sharing mempunyai semangat sedih kepada orang lain, mau mendoakan orang lain, care thd orang lain.

Hendaklah kita tidak asal menghakimi tanpa sebenernya kita tau penyebabnya, tanpa kita sendiri terbeban untuk membawa kebenaran Firman Tuhan kepada orang lain dan diri kita sendiri.

To God be the Glory.

~Soli Deo Gloria

Comments

Dave said…
Bagus blog post ini - di zaman pasca moden ini, perlulah umat Tuhan memegang erat kepada FirmanNya, serta mengambil peluang di mana orang pascamoden mementingkan hubungan sesama manusia yang authentic... ini cabaran kpd gereja.

Coram Deo