I Surrender SOME

I Surrender All... I surrender All..
All to Thee, my blessed Savior,
I surrender All...

Listen to the song above.

Begitulah lirik refrain dari salah satu lagu yang saya suka. Lagu yang berjudul “I Surrender All” ini kembali mengingatkan saya akan apa yang ditulis dalam Lukas 14:33 yang berbunyi: “Demikian pulalah tiap-tiap orang diantara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku”.

Lagu ini kembali menjadi refleksi pribadi saya sekaligus untuk saya sharekan bagi saudara yang membaca, apakah saya atau saudara sudah menyerahkan segalanya untuk Tuhan? Saya mencoba berpikir positif dalam hal ini, saya rasa kita orang kristen pasti pernah melakukan pekerjaan untuk Tuhan. Tapi pertanyaannya kembali apakah semuanya atau sebagian? Mungkin yang terjadi dalam hidup saya atau saudara adalah lagu seperti dibawah ini:

SOME to Jesus I surrender,
SOME to Him I freely give.
I will sometimes love and trust Him,
In His pressence occasionally live.

I surrender SOME,
I surrender SOME,
SOME to Thee my blessed Savior,
I surrender SOME..

Listen to the song above

Abraham ketika diuji oleh Tuhan untuk menyerahkan anaknya Ishak didalam Kejadian 22, apakah Tuhan tidak mengetahui iman Abraham kepada Tuhan? Kalau malam-malam Abraham tidak mengatakan hal ini kepada Sara istrinya tidak cukupkah itu membuktikan kepada Tuhan? Kalau Abraham sudah berjalan bersama Ishak menuju tanah moria dan berjalan naik ke gunung apakah itu tidak cukup menunjukkan hati Abraham yang percaya pada Tuhan dan yang berserah pada Tuhan? Mengapa tidak di stop saat itu. Kalau didalam perjalanan Ishak bertanya tentang korban bakaran, yang saya yakin sebagai seorang ayah pasti berat mendengar pertanyaan itu. Ishak adalah seorang anak perjanjian dari Tuhan sendiri, anak satu-satunya. Anak kesayangan Abraham yang sudah dinanti-nantikan. Namun Abraham tetap maju naik gunung, tidak cukupkah itu? Mengapa tidak di stop saat itu?

Tuhan adalah Allah yang menyelidik hati kita yang terdalam. Tuhan menunggu sampai Abraham hendak menikam Ishak. Tuhan mau agar yang duduk didalam hati Abraham bukanlah anak kesayangannya, yang selama ini ia sayangi. Tuhan mau agar Ia sendiri yang bertahta sepenuhnya dalam hati abraham. Tuhan mau supaya hati abraham tidak mendua. Ishak adalah anugerah Tuhan namun bukan sumber anugerah itu sendiri. Tuhan mau agar kita pun berpegang sepenuhnya kepada sumber anugerah itu yaitu Tuhan sendiri. Bagaimana dengan kita?

Apakah dalam hidup kita, didalam pekerjaan kita melakukan yang benar untuk Tuhan? Bersandar pada pimpinan Tuhan meski kita hidup ditengah-tengah budaya yang memiliki nilai-nilai yang bertentangan dengan prinsip Firman Tuhan? Apakah didalam praktek kerja kita, kita hidup benar? Ataukah kita mengikuti arus dunia ini? Bagaimana dengan pertemanan kita? Apakah kita malu untuk menunjukkan hidup kita sebagai pelayan Tuhan? Ataukah kita mengikuti gaya hidup dunia? Bagaimana dengan sekolah kita? Apakah kita sudah memberikan yang terbaik? Apakah jurusan yang kita ambil benar-benar kita pikirkan dengan gentar? Atau hanya kalau mau jadi pendeta baru kita bergumul? Apakah kita bergumul setiap saat? Apakah kita mempertanggung jawabkan kewajiban kita terhadap pasangan kita? Apakah Tuhan dipermuliakan? Apakah benar-benar memutuskan untuk ikut Tuhan? Is it really: "I have decided to follow Jesus "or is it "I have decided to follow pastor"?

Didalam ayat penutup dari lukas 14 ini kembali diingatkan esensi kita adalah sebagai garam yang mengasinkan lingkungan sekitar kita, jangan sampai garam itu tawar karena tidak ada gunanya lagi selain untuk dibuang. Dan kemudian Tuhan di kalimat terakhir berkata siapa yang mempunyai telinga (mendengar dalam artian mendengar dalam hati, mendengar melalui mata, dan telinga) hendaklah mendengar. Biarlah refleksi ini boleh mengingatkan saya dan saudara sekali lagi untuk memberikan seluruhnya untuk Tuhan. Surrender ALL to Jesus NOT SOME.


~ PoL

Comments