Trusting Who? Our own goodness?

Bacaan: Filipi 3:1-9

Disuatu kantor, setiap orang sangat kagum dengan Pak Bagoes. Dia adalah salah seorang Programmer muda di suatu perusahaan. Pak Bagoes adalah orang pertama yang selalu datang paling pagi, dan ketika saat makan siang pun, dia tetap bekerja di mejanya, dan sering sekali lembur. Dia selalu bekerja, dan tidak pernah terlihat bersantai-santai ketika berada dikantor. Dia selalu terlihat berbicara di telepon, dan mengetik code-code didepan komputernya. Adalah hal yang mengejutkan ketika suatu hari, Pak Bagoes dipecat dari perusahaan tersebut dengan alasan bahwa dia tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Dia selama ini ternyata menjalankan, dan mengerjakan perusahaannya sendiri selama bekerja di kantor tersebut.

Bagaimana kita bisa hidup benar dihadapan Tuhan? Sebagian dari orang mungkin mengatakan bahwa dengan melakukan “hal-hal yang baik” seperti memberikan sumbangan, menolong orang, selalu beribadah ke gereja, adalah cara kita hidup benar dihadapan Tuhan. Bagi orang yang disebutkan didalam Filipi 3:2, jawabannya adalah dengan sunat. Mereka percaya Tuhan menerima mereka bila mereka memiliki tanda fisik tersebut.

“3:2 Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu,”.

Tiga kali didalam ayatnya yang ke 2, Paulus mengatakan hati-hati. Anjing menurut orang ibrani adalah binatang yang kotor, dan sering disebut untuk mengacu kepada orang-orang kafir (gentiles). Anjing sering disebut untuk mengacu kepada orang-orang yang berada diluar umat perjanjian Tuhan (people outside the covenant). Namun, didalam ayat ke 2 ini juga sebenarnya kita melihat bahwa penyunat-penyunat palsu (greek: katatome = cutting; bukan peritome = sunat asli) itulah sebenarnya yang adalah “anjing” yang sebenarnya. Pekerja-pekerja jahat atau dalam bahasa inggris “man who do evil / evil workers” adalah orang-orang yang sangat bangga akan pekerjaan “baik” mereka. You may be performing works, but you are evil.

Kita mungkin seringkali tergoda / jatuh untuk merasa senang dan puas ketika kita melakukan hal-hal yang baik namun sebenarnya tidak membuat kita benar dihadapan Tuhan. Kita sering tidak sadar lebih mengejar akan absensi didalam rapat gereja, absensi datang gereja, latian-latian didalam pelayanan kita, selalu hadir dalam kelompok-kelompok sel / ktb, kenyataan bahwa keluarga kita sudah kristen dan mengenal Tuhan lama, atau bahkan kegiatan penginjilan kita, dll. Apa yang Alkitab katakan? Tuhan sama sekali tidak tertarik akan hal-hal ini. Bahkan, realitanya seringkali orang yang terlihat jauh dari Tuhan, orang yang lahir dari keluarga yang rusak, orang yang tidak memiliki teman karena satu dan lain hal, namun orang-orang ini seringkali adalah orang yang “benar” dimata Tuhan.

Lahir di garasi mobil, tidak membuat kita menjadi mobil. Adalah orang-orang yang dikatakan “religius” lah yang menentang dan membunuh Yesus diatas kayu salib. Bahkan Setan pun percaya kepada Tuhan, namun ia tetap menjadi musuh / seteru Tuhan. Apakah kita pikir kita dipandang benar oleh Tuhan dengan kita mengaku percaya saja kepada Yesus sebagai satu-satunya juruselamat? Hidup manusia yang puas, dan bangga akan pekerjaan baiknya, akan apa yang ia bisa lakukan adalah ibarat contoh Pak Bagoes diatas, yang terlihat mengerjakan banyak pekerjaan, namun akhirnya “dipecat” oleh yang memiliki bumi dan segala isinya (karena sebenarnya segala perbuatan yang ia lakukan adalah tidak benar dan untuk diri, untuk manusia).

Paulus menyatakan didalam Filipi 3:4-6 tentang segala hal-hal lahiriah nya yang baik yang ia lakukan. Paulus mau mengatakan bila ada orang yang dianggap benar karena perbuatan baiknya, maka dia adalah orangnya, namun didalam ayat 7-9 semuanya itu dikatakan tidak berarti dan dianggapnya sampah. Sekali lagi, apakah kita bangga dan mempercayai kelakuan baik kita? Kita mungkin baik, orang terhormat, banyak orang suka pada kita, namun ini tidak membuat kita benar dihadapan Tuhan. Do you think God would have sent His only Son to die, if we could get right with him by doing good things?

Lalu bagaimana seharusnya kita hidup?
1. Kita bisa ikut cara dunia dengan “percaya akan kelakuan daging kita / put confidence in our own flesh” dan berharap Tuhan akan menerima dan senang akan kelakuan baik kita...
2. Atau seperti Paulus, kita jauhkan segala keyakinan akan diri (self-confident), sadar bahwa kita tidak mungkin benar dihadapan Allah yang maha suci, namun kita hanya bisa bersyukur akan pembenaran yang Tuhan kasi untuk kita didalam Kristus dengan mempercayaiNya bahwa ia akan membuat kita menjadi benar (justified by faith).

Dimanakah kita menaruh kepercayaan kita sekarang? Didalam kelakuan baik kita? Ataukah karena anugerah Tuhan yang membenarkan hidup kita? Ketika suatu saat nanti Tuhan berkata pada kita: “Mengapa Tuhan harus mengijinkan engkau masuk bersama-sama didalam persekutuan dengan Tuhan selamanya di surga?” Apa jawab mu?

~ PoL
(Discipleship Explored)

Comments