Exodus 2: Our God is the “All-Seeing” God

2:1 Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi;
2:2 lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya.

Keluaran 2 menceritakan tentang lahirnya Musa, yang akan menjadi “deliverer” bagi bangsa Israel. Musa disebut diatas dilahirkan oleh orang tuanya yang keduanya adalah dari suku lewi (Amram dan Yokhebet – Lihat Keluaran 6:19). Siapakah Lewi? Lewi adalah salah seorang keturunan dari Yakub yang nantinya dipilih menjadi imam bagi bangsa Israel, namun disini suku Lewi belum menjadi imam, justru Lewi adalah anak yang mendapat kutuk dari Yakub (Lihat Kejadian 49:5-7). Tuhan ketika memilih / memakai seseorang, berbeda dengan cara dunia yang melihat “CV” / “Resume” orang tersebut. Tuhan bisa memakai siapa saja, termasuk dari orang-orang yang dipandang tidak baik, Tuhan bisa memakai orang tersebut untuk kemuliaanNya (Roma 8:37 - Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!).

Ketika musa lahir dikatakan bahwa ia cantik (secara literal berarti: elok), arti kata dalam bagian ini mengacu kepada elok secara fisik. Musa memanglah seorang yang elok secara fisik, dan ini bukanlah suatu kebetulan semata. Ini merupakan cara Tuhan. Tuhan memberikan musa memiliki paras yang elok sehingga bila kita lihat nanti bukan saja orang tua musa melihat elok, namun puteri Firaun pun juga jatuh hati. Kita melihat suatu providensia Tuhan didalam men-design segala sesuatu, sampai kepada fisik seseorang. Bila kita melihat dari Kis 7:20 dikatakan bahwa Musa elok dimata Tuhan. Disini sekali lagi menegaskan memang Tuhan mau mem-preserve (menjaga) Musa sejak awal. Orang tua musa menyembunyikan Musa bukan hanya karena Musa adalah bayi yang cakep secara fisik, tetapi juga karena mereka memiliki iman kepada Tuhan (Lihat Ibrani 11:23). Iman ini timbul juga mungkin dikarenakan mereka melihat penyertaan Tuhan yang terlebih dahulu memakai bidan-bidan didalam menyelamatkan anak mereka (ingat Keluaran 1). Iman kepada Tuhan berarti takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan membuat semua akan dilihat dari sudut pandang Tuhan. Apa yg Tuhan suka atau apa yg Tuhan benci. Kita tidak berani melakukan apa yg Tuhan tidak suka, dan berusaha sekuat tenaga melakukan apa yang Tuhan suka. Inilah dasar iman orang tua musa, yang mengasihi dan memelihara anaknya dengan sekuat tenaga mereka sebagai wujud ketaatan mereka.

2:3 Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil;
2:4 kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia.

Tiba saat dimana keadaan yang sulit memaksa ibu Musa untuk melepaskan Musa secara total. Kalo kita memahami Hebraic thinking, kita akan belajar banyak ttg cara mereka memahami cara Tuhan, bukan cara manusia menyelamatkan. Kalo di rumah itu artinya manusia melindungi, kalau di taruh di sungai itu pasrah dengan yg punya alam (orang Mesir pun menganggap sungai nil tempat dari dewa air). Disini menunjukkan bahwa ibu Musa yang berserah total kepada Tuhan semesta alam. Dia melakukannya karena percaya Tuhan akan menyelamatkan (seperti tabut perjanjian), kata tebah (peti / keranjang) berarti tabut. Justru kisah ini menunjukkan adanya hikmat yg Tuhan kasih karena ada paralelnya dengan bahtera Nuh di Kejadian.

2:5 Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya.

Ini adalah suatu momen yang menakutkan bila kita menempatkan diri sebagai keluarga Musa. Saat dimana Musa jatuh ketangan musuh, tangan puteri seorang Firaun yang mempunyai rule untuk membunuh semua bayi laki-laki. Masa sulit pun bisa terjadi dalam hidup anak-anak Tuhan, namun itu semua tetap berada dalam kontrol Tuhan.

2:6 Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani."
2:7 Lalu bertanyalah kakak anak itu kepada puteri Firaun: "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?"
2:8 Sahut puteri Firaun kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu.
2:9 Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya.

Ayat 6 sekali lagi mungkin menjadi moment ketegangan dimana sang putri mengetahui bahwa bayi Musa adalah bayi orang Ibrani yang dimana menurut perintah harus dibunuh. Namun ketika kita melihat ayat selanjutnya (ayat 7), kita melihat Miriam yang dengan hikmat Tuhan berkata-kata kepada putri Firaun. Yang menarik disini adalah Miriam tidak tahu bahwa pada saat itu sang putri memiliki belas kasihan, yang dia dengar hanyalah ucapan “Tentulah ini bayi orang ibrani”. Disini benar-benar menunjukkan wisdom Tuhan kepada Miriam yang sekaligus merupakan cara providensia (pemeliharaan Tuhan) kepada umatNya. Providensia Tuhan selalu ada didalam perjalanan sejarah dari ayat ke ayat kita terus melihat providensia Tuhan.

Ayat 9 kita melihat bahwa iman Yokhebed (ibu Musa) yang mengharapkan bahwa Tuhan tau apa yang terbaik, dan meski ada masa sulit sebagaimana pun juga, bila Tuhan belum mengkehendaki Musa untuk berpisah dari ibunya maka hal itu tidak akan terjadi. Segala sesuatu yang terjadi adalah waktu Tuhan, Tuhan yang menetapkan maka segala sesuatu terjadi. Dalam ayat 9 ini Yokhebed bertanggung jawab merawat dan memelihara Musa, sebagai alat pemeliharaan Tuhan terhadap Musa. Di sisi lain yang belum terlihat dalam ayat ini adalah bila kita melihat kehidupan Musa nantinya, kita bisa melihat Musa mengerti banyak hal ketika dia dewasa, dia tau siapa bangsanya, dia tau Tuhannya bangsa Israel, dll. Disini kita melihat suatu urgency yang Yokhebed harus lakukan karena ia tau waktunya tidak lama, suatu saat ia harus menyerahkan Musa kembali ke putri Firaun. Hidup kita pun seperti ini, hidup kita dibatasi oleh waktu, dan itu juga sebenarnya suatu urgency bagi kita untuk mengerjakan sebaik-baiknya apa yang Tuhan kehendaki; memakai waktu dengan penuh hikmat yang dari Tuhan. Itulah tanggung jawab setiap dari kita.

2:10 Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air."
2:11 Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu.
2:12 Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir.

Yokhebed yang meski mempunyai hak atas Musa, dia taat terhadap authority (selama itu tidak melanggar perintah Tuhan), ia memberikan Musa kepada putri Firaun, menunjukkan ia berserah kepada Tuhan yang akan memelihara Musa.

Nama Musa diberikan oleh putri Firaun ketika ia menjadi besar (kata besar disini bisa berarti besar umur, besar secara power, pendidikan – namun disini mau menunjukkan bahwa Musa telah mendapatkan segala pengajaran dan hikmat orang Mesir – Lihat Kis 7:22). Nama asli Musa tidak dicatat didalam kitab keluaran, namun sejarah menulis banyak nama Musa seperti Jekuthiel (by his mother), Heber (by his father), Jered (by Miriam), Avi Zanoah (by Aaron), dll. Bisa dibilang saat itu hidup Musa adalah hidup yang berkelimpahan, hidup yang memiliki kuasa yang besar. Namun yang menarik adalah diayat ke 11 (secara tersirat, atau lebih jelasnya bisa kita lihat dari Kis 7:23) bahwa Tuhan menggerakkan hati Musa untuk mengingat umatNya (ada suatu “calling” dari Tuhan), dan Musa berespon terhadap panggilan Tuhan, dengan keluar untuk memperhatikan bangsa Israel.

Namun di ayat 12 kita melihat tindakan Musa yang sok main hakim sendiri. Mungkin saat itu Musa merasa kuat, dan merasa dia harus melakukan sesuatu dengan cara dia. Disini kita melihat karakter Musa yang belum matang, karakter yang memiliki self-confidence dan bukan God’s confidence. Musa bertindak in his own way, not God’s way. Disini musa “avenge” atau melakukan pembalasan (seperti yang ditulis dalam Kis 7:24), dimana itu sebenarnya adalah hak Tuhan bukan kita.

Musa memang mengira tidak ada orang yang melihatnya ketika ia membunuh orang Mesir itu, namun ia tidak sadar bahwa Tuhan adalah Tuhan yang melihat segala sesuatu yang kita lakukan (Our God is not just an almighty God but also the “All-Seeing” God).

2:13 Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah itu: "Mengapa engkau pukul temanmu?"
2:14 Tetapi jawabnya: "Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?" Musa menjadi takut, sebab pikirnya: "Tentulah perkara itu telah ketahuan."
2:15 Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa. Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur.

Keesokan harinya kita melihat Musa melihat perkelahian antara 2 orang, dimana kali ini keduanya adalah sama-sama orang Ibrani. Perhatikan bahwa “Ia bertanya kepada yang bersalah itu”, ini menunjukkan bahwa Musa memiliki wisdom untuk melihat mana yang benar mana yang salah. Disini Musa mencoba untuk mendidik ke dua orang tersebut. Musa mau menyatakan kepada yang bersalah bahwa ia sedang saling menghakimi sesama teman. Musa mengingatkan sekali lagi siapa teman siapa musuh? Mereka berkelahi didepan musuh mereka, mereka yang seharusnya bersatu, saling membantu karena mereka sama-sama ditindas (1 Kor 6:7 – menunjukkan betapa memalukannya ketika sesama orang percaya saling menghakimi, mereka seharusnya bersatu melawan ketidak benaran, melawan musuh). Namun didikan ini tidak dihiraukannya, malah ia mempertanyakan siapakah Musa. Inilah ciri dosa yaitu tidak menyukai kebenaran. Disini kita makin melihat sebegitu dalamnya pengaruh dosa.

Disisi lain, bila kita melihat sikap Musa didalam bagian ini, dan ketika kita flashback ke sikap musa dihari sebelumnya sungguh berbeda. Dibagian ini Musa tahu dan bisa melihat dosa orang lain, namun sungguh ironis, kesalahan dia sendiri dia tidak sadar. Kesalahan orang lain dilihatnya, namun kesalahan sendiri Musa tidak sadar. Menjadi suatu teguran untuk kita saling meng-introspeksi diri, namun juga suatu pelajaran bahwa memang melihat kelemahan orang lain lebih mudah dibanding melihat kelemahan diri. Oleh karena itu disinilah menjadi perlunya suatu kelompok tumbuh bersama, atau peran saudara seiman yang bisa saling menguatkan.

Setelah Musa mendengar perkataan orang tersebut, ia menjadi takut. Musa takut disini menjadi suatu pernyataan bahwa dia telah bersalah. Bangsanya sendiri melawan dia. Oleh karena itu Musa, terpaksa harus melarikan diri, mengingat kegagalan rencananya. Disisi lain, Tuhan memakai event ini untuk penggenapan rencanaNya. Tuhan sekaligus juga mendidik iman Musa untuk terus bertumbuh, untuk terus memiliki God’s confidence, dan taat pada rancanganNya. Tuhan mau Musa lari dan dilatih untuk menunggu waktu pelayanannya setelah 40thn.Tuhan Yesus pun menunggu waktu-Nya 30 thn. Ini merupakan ujian bagi hamba2 Tuhan yg mau dipakai, rela menunggu dengan mengerjakan apa yg sedang dikerjakan sekarang sampe waktunya tiba (panggilan khusus).

2:16 Adapun imam di Midian itu mempunyai tujuh anak perempuan. Mereka datang menimba air dan mengisi palungan-palungan untuk memberi minum kambing domba ayahnya.
2:17 Maka datanglah gembala-gembala yang mengusir mereka, lalu Musa bangkit menolong mereka dan memberi minum kambing domba mereka.
2:18 Ketika mereka sampai kepada Rehuel, ayah mereka, berkatalah ia: "Mengapa selekas itu kamu pulang hari ini?"
2:19 Jawab mereka: "Seorang Mesir menolong kami terhadap gembala-gembala, bahkan ia menimba air banyak-banyak untuk kami dan memberi minum kambing domba."
2:20 Ia berkata kepada anak-anaknya: "Di manakah ia? Mengapakah kamu tinggalkan orang itu? Panggillah dia makan."

Di bagian ini kita melihat Musa, masih memiliki sense of justice. Namun kebaikan musa ternyata tidak dihiraukan oleh anak-anak dari Rehuel (Rehuel = Yithro yang akan menjadi mertua Musa). Ada kemungkinan mereka menganggap Musa adalah seorang mesir, terlihat dari jawaban mereka kepada ayahnya. Mereka mengira Musa adalah orang mesir, dimana mesir adalah bangsa yang menindas bangsa Israel. Namun Rehuel sebagai seorang imam disini menunjukkan integritas hidupnya. Dia mempunyai integritas yang melihat pembalasan adalah hak Tuhan, dan hidup kita adalah hidup yang harus bertanggung jawab dihadapan Tuhan, ia mengerti membalas budi, selebihnya apapun yang terjadi apabila orang tersebut adalah orang Mesir sekalipun itu adalah Tuhan yang mengijinkan.

2:21 Musa bersedia tinggal di rumah itu, lalu diberikan Rehuellah Zipora, anaknya, kepada Musa.
2:22 Perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, maka Musa menamainya Gersom, sebab katanya: "Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing."

Musa mendapatkan seorang istri, dan melahirkan anak yang dinamakan Gersom. Bila kita melihat hidup musa di masa lampau sampai saat ini, maka jelas semua yang terjadi pada musa yang seakan-akan banyak hal-hal yang kebetulan (coincidence), namun sebenarnya ada tangan Tuhan yang memelihara Musa. Tuhan memang mau Musa untuk lari didalam ketakutannya untuk dipersiapkan oleh Tuhan untuk dimasa yang akan datang. Gersom disini menjadi peringatan, meskipun Musa menjadi seorang pendatang di negeri asing, namun Tuhan tetap menyertainya.

2:23 Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah.
2:24 Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub.
2:25 Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka.

Bangsa Israel mengeluh dan bersungut-sungut kepada Tuhan karena mereka tertindas (dikatakan “karena perbudakan”) bukan karena mereka ingat Tuhan pada awalnya. Sikap ini bukanlah sikap yang membuat Tuhan menjadi tergerak hatinya. Tuhan dikatakan mengingat, dimana dalam arti sesungguhnya berarti Tuhan menepati janjiNya. Terlepas bangsa Israel setia atau tidak (ada yang mengatakan bahwa bangsa Israel adalah bangsa yang memiliki allah-allah lain – refer ke Yehezkiel 20:5-7), Allah adalah Allah yang setia terhadap janjiNya. Tuhan telah menjalankan rencanaNya untuk mengeluarkan Israel dari Mesir sejak awal, sebelum bangsa Israel mengeluh. Kita melihat ini dengan lahirnya Musa yang menunjukkan Tuhan telah mengatur rancanganNya sejak awal. Tuhan melakukan ini sekali lagi karena Tuhan membentuk Israel bagi kemuliaanNya (baca: Yesaya 43:1-7 dimana ayat ke 7 menunjukkan tujuan Tuhan menciptakan Israel).

Ayat 25 sekali lagi mengajarkan dan menegaskan ayat 12 diatas bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang maha mengetahui akan segala sesuatu yang terjadi di dunia ini. Kita tidak bisa bersembunyi dari Tuhan, dosa sekecil apapun Tuhan lihat. Disisi lain, segala permohonan kita, kesusahan kita pun Tuhan tahu. Kita tidak pernah benar-benar sendiri. Our God is the “All-Seeing” God, so we have to be responsible to what we do.

~ PoL

Comments