Kuasa Kematian-Kebangkitan Kristus

Baru saja kita melewati hari jumat agung dan paskah. Namun pertanyaannya adalah apakah kita makin memiliki iman yang semakin dalam, apakah kita makin bersyukur akan kasih Tuhan, apakah kita memiliki sukacita dari kebangkitan kristus ketika kita mengingat penderitaan dan kematian Kristus dan kuasa kebangkitanNya? Banyak orang bertahun-tahun mengaku diri kristen, namun hatinya tidak pernah tersentuh dan tidak tergugah sama sekali dengan makna kematian dan kuasa kebangkitan Kristus. Banyak orang merasa biasa-biasa saja bahkan merasa bosan ketika ia mendengar tentang kasih Kristus yang begitu dalam. Mengapa hatinya tidak tergugah? Mengapa orang bisa tidak tersentuh dimana disisi lain kita melihat ada orang yang benar-benar tergugah, bahkan menangis terharu sekaligus memiliki rasa syukur yang begitu dalam?

Kita tidak akan pernah mengerti betapa dalamnya, betapa besarnya kasih Tuhan kepada kita umat pilihanNya, bila kita tidak menyadari dan mengerti betapa dalamnya, betapa seriusnya dosa kita. Tahukah kita betapa seriusnya dosa kita?

Kitab Hosea, adalah suatu kisah yang menggambarkan kasih Allah yang begitu besar. Hosea adalah seorang nabi yang mengambil istri bernama Gomer. Beberapa saat setelah menikah, Gomer merusak perjanjian pernikahan yang telah mereka ikat untuk hidup saling setia dengan bersundal, menyeleweng, berzinah kepada laki-laki lain. Bisakah kita membayangkan betapa menyakitkannya perasaan Hosea ketika istrinya menyelewengkan dirinya? Hal ini kita bisa kita lihat dari nama anak hasil persundalan Gomer yang Tuhan suruh untuk Hosea sebut, yaitu Lo-Ruhama (no mercy – bukan yang dikasihani), dan Lo-Ami (not my people – bukan umatKu), dan juga kita bisa baca penggambaran perasaan Allah dalam Hosea pasal 2.

Inilah gambaran hidup kita, hidup didalam dosa, hidup yang menyeleweng (“berzinah”), kepada ilah-ilah lain, hidup yang tidak setia kepada Tuhan. Hidup menyakiti hati Tuhan. Kita adalah orang yang seringkali (ingin) membunuh kebenaran seperti Herodes ketika sang bayi Kristus lahir. Sangat ironi bahwa “natal” / “kelahiran” biasa adalah suatu “thanks-giving”. Kelahiran biasa diliputi dengan suasana kegembiraan, bayangkan bila ada orang yang baru saja melahirkan, maka banyak orang memberikan selamat, dan dipenuhi dengan sukacita, namun ketika bayi kristus lahir yang ada maria dan yusuf harus melarikan diri karena Herodes hendak membunuh sang “kebenaran”. We hate the truth. Atau mungkin kita adalah orang-orang yang mencoba mencari kebenaran, namun hati kita begitu bebal, karena sekalipun melihat, kita tidak melihat dan sekalipun mendengar, kita tidak mendengar dan tidak mengerti, yang ada kita justru menekan kebenaran itu, kita menolak, kita benci terhadap kebenaran yang sejati itu, selayaknya orang-orang farisi dan ahli taurat. Mereka adalah orang-orang yang terpandang, mereka “bergaul” didalam apa yang mereka sebut “kebenaran” namun ironinya mata rohani mereka tidak melihat. We seek our truth, and despise the real truth. Dan bilamana kita “mencari” Kristus, seringkali yang terjadi kita tidak benar-benar mencari Kristus, kita hanya memakai kristus, kita hanya mau roti dan ikan, kita tidak mau Kristus, kita tidak mau kebenaran itu, sebagaimana orang banyak dimana Kristus memberi mereka makan roti dan ikan. Kita hanya mau mujizat, kita hanya mau dan lebih dipuaskan karena “berkat” daripada sang pemberi “berkat”. We find our deepest and most enduring happiness FROM God and not IN God. Dan ketika kita yang secara fisik hidup berdekatan dengan kebenaran, namun didalam situasi yang genting seringkali kita tidak berani mengakui kebenaran, kita mengkianati kebenaran, kita mencari keselamatan diri lebih daripada menganggap kebenaran sebagai harta yang paling berharga, seperti Petrus yang adalah murid Kristus, yang hidupnya dekat dengan kebenaran itu, namun ia menyangkal Kristus 3 kali sebelum ayam berkokok. Kita suka pandangan bahwa Kristus adalah juruselamat kita, namun kita tidak mau menempatkan Kristus sebagai sesuatu yang paling berharga dalam hidup kita. Pada dasarnya upah kita adalah maut, kita adalah manusia berdosa yang selayaknya mati dikayu salib, bukan Kristus. Kita adalah seperti orang yang meludahi, memukul, mencambuk, bahkan menyalibkan Kristus, atau kita seperti salah seorang penjahat, yang tergantung di sebelah Kristus, dimana sampai akhir hidupnya ia menghujat Tuhan. Kita bersalah, namun kita tidak sadar, dan tidak tahu kita bersalah. Inilah kebebalan kita, kebobrokan kita, betapa menyakitkan Tuhan pencipta kita, yang menciptakan ciptaan bagi kemuliaanNya. We dont even realise we are sinners.

Kasih Kristus adalah kasih yang suci, kasih yang begitu dalam, kasih yang besar dimana ia begitu mengasihi BapaNya disurga yang mengutus diriNya untuk mati ganti dosa-dosa kita (propitiation). Ketika Gomer yang begitu hina, yang telah menyakiti dan berdosa sedemikian rupa, yang semestinya tidak layak lagi, namun didalam Hosea pasal 3 kita melihat Hosea menebus Gomer, perempuan hina itu, Hosea menerima kembali sang istri yang telah berzinah. Inilah kita, yang sudah tidak layak, yang sepatutnya mati tanpa pengharapan, namun Kristus berkata kepada seorang penjahat yang disebelah satunya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." Oh betapa besar, dalam dan lebar kasih, dan anugerah Tuhan kepada kita manusia berdosa.

Bila kita mengasihi orang yang mengasihi kita atau baik kepada kita, ini adalah suatu hal yang lumrah. Semua orang bisa berbuat seperti ini bukan? Mengapa? Karena ia baik, maka mudah sekali kita baik juga kepada orang tersebut. Akan lebih sulit ketika kita mengasihi orang yang bersalah pada kita, kita baik kepada orang yang pernah jahat kepada kita. Ini suatu langkah yang lebih dalam lagi dalam mengasihi orang lain. Namun akan jauh lebih sulit ketika kita mengasihi kepada orang yang bukan saja bersalah, tidak mengasihi kita, namun ia tidak sadar bahkan ngotot dirinya tidak bersalah, yang ada ia menghina, dan menolak kita (mengasihi orang disaat orang tersebut belum sadar).

Roma 5:7 Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar--tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati--.

Benar sekali bahwa kita akan jauh lebih mudah memberikan nyawa bagi orang yang baik sama kita dibanding kepada orang yang benar. Mengapa? Orang baik adalah orang yang berbuat baik pada orang lain. Orang tersebut biasa memiliki banyak teman, karena dia sering membawa senyum bagi orang lain. Tetapi orang yang benar adalah orang yang menegur yang belum tentu membuat kita senang, seperti nabi Nathan yang menegur Daud. Orang benar adalah orang yang terkadang membawa “duka”. Inilah sifat kita, kita pada dasarnya tidak suka akan kebenaran.

Roma 5:8 Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.

Namun sesulit-sulitnya orang memberikan nyawanya bagi orang benar, akan lebih sulit lagi memberikan nyawanya bagi orang yang tidak benar, bahkan juga tidak baik, melainkan orang berdosa. Namun inilah yang Kristus lakukan, ia mati, ia mengasihi kita, ketika kita masih berdosa, ketika kita masih menjadi seteruNya.

Ketika kita mengerti hal ini apa respon kita? Mari kita mengingat kembali kisah salib Kristus, dan bersyukur karena Tuhan telah mati agar kita memperoleh hidup, karena ia bukan saja mati dan terus mati, namun ia telah bangkit, membuktikan kuasaNya yang mematahkan maut. Upah dosa adalah maut, namun Kristus telah bangkit, dan didalam kebangkitannya kita mendapat jaminan akan kebangkitan yang akan datang, kita mendapat jaminan akan hidup yang Tuhan telah sediakan, kita mendapat jaminan akan pimpinan Tuhan yang membentuk hidup kita dimana kuasaNya tidak pernah gagal. God preserves us and we must persevere. We must be faithful to Him because His Kingdom is everlasting, because we are created for His Glory.

http://www.oremus.org/hymnal/i/i338.html

It is a thing most wonderful,
almost too wonderful to be,
that God's own Son should come from heaven,
and die to save a child like me.

And yet I know that it is true:
he chose a poor and humble lot,
and wept, and toiled, and mourned, and died,
for love of those who loved him not.

I cannot tell how he would love
a child so weak and full of sin;
his love must be most wonderful,
if he could die my love to win.

I sometimes think about the cross,
and shut my eyes, and try to see
the cruel nails and crown of thorns
and Jesus crucified for me.

It is most wonderful to know
his love for me so free and sure;
but 'tis more wonderful to see
my love for him so faint and poor.

And yet I want to love thee, Lord;
O light the flame within my heart,
and I will love thee more and more,
until I see thee as thou art.


Soli Deo Gloria,
~ PoL

Comments

Unknown said…
About baby born in our natural world, it's common to be happy when a mother delivers her child to their home, but knowing that a fragile baby should start his life in this rotten world, do you think we should be happy? The only baby we should rejoice when he was born is Jesus, because He has to be born to make us born again to His spiritual world. So... as what the Preacher said, Ecc 4:2-3 [ESV] "And I thought the dead who are already dead more fortunate than the living who are still alive... but better than both is he who has not yet been and has not seen the evil deeds that are done under the sun."

What do you think, Paul?
CJ said…
I rather put
"Kuasa Kematian-Kebangkitan Yesus" because it's one package and it's Jesus as one human being died to save His chosen human beings. There will be no power in His Death & Ressurection if Jesus is not Yeshua (YHWH saves) ha Massiach (the Anointed One).

Thank God the Father that we're born to be born again by God the Spirit.
Paul Hartono said…
Menurut saya, kelahiran itu sendiri semestinya adalah suatu "sukacita" krn "kelahiran" berarti ada "kehidupan". Dan ketika seseorang yang "lahir baru" maka dia sudah memiliki "kehidupan". Namun memang kalau dilihat dari sisi bayi yang "lahir" secara fisik didalam dunia yang berdosa adalah suatu kesedihan karena natur nya adalah menuju kematian, kecuali bila bayi yang lahir itu dilahirkan kembali oleh Roh Kudus, dimana dia tidak mengalami "pembusukan" namun "regenerasi".

Tapi saya rasa kata "kelahiran" itu rasanya adalah suatu yang baik. Hanya jika menjadi tidak baik karena ada dosa.

Tapi saya setuju dengan apa yang pengkotbah katakan, kelahiran yang tidak benar-benar "lahir" sangat amat menyedihkan.
CJ said…
Born in this fallen world is different from born again in the new world to come, because this second birth will live forever.

During the OT, the mothers did hope that their baby 'were' the promised Messiah (Gen. 3:15), that's why they joyfully named their baby according to their best wishes, started from Cain, which means "a man from YHWH". But GOd has chosen Seth (appointed) to continue Adam's chosen gen, because Havel was murdered by Cain. That's why Havel is a symbol of finite life (finity, finity). However Havel's life is not in vain (finity vs vanity).

Jesus said about Judas,'the son of perdition' [John 17:12; 2Thes2:3)