Reasons for Patience

Keluaran 9:15-16
9:15 Bukankah sudah lama Aku dapat mengacungkan tangan-Ku untuk membunuh engkau dan rakyatmu dengan penyakit sampar, sehingga engkau terhapus dari atas bumi;
9:16 akan tetapi inilah sebabnya Aku membiarkan engkau hidup, yakni supaya memperlihatkan kepadamu kekuatan-Ku, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi.

“Bila Tuhan itu ada mengapa begitu banyak kejahatan didunia ini?” Ini adalah suatu pertanyaan yang sering di tanyakan oleh banyak orang. Bukan saja demikian bahkan kita melihat dunia makin lama makin jahat, tindak kriminalitas makin hari makin bertambah, dan makin mengerikan. Bukan hanya demikian, bila kita melihat apa yang terjadi di tanah air kita – Indonesia, bencana alam meletusnya gunung merapi mengakibatkan penderitaan yang dialami banyak orang disana: kehilangan sanak saudara, tinggal sebatang kara, kehilangan harta benda, yang dahulunya hidup nyaman namun sekarang harus hidup berdesak-desakan dengan ribuan pengungsi, dll. Mungkin bagi kita yang tidak menjadi korban, kita tidak bisa merasakan secara riil akan hal seperti ini, tapi coba bayangkan bila hal tersebut menimpa anda. Hal yang saudara telah usahakan dengan keringat bertahun-tahun, hilang begitu saja. Hal ini mungkin menjadi sebuah pergumulan yang amat berat bagi kehidupan para korban saat ini. Banyak orang kecewa terhadap Tuhan karena hal yang menimpa dirinya. “Dimanakah Tuhan, ketika begitu banyak kejahatan atau musibah terjadi?" Dimanakan Tuhan ketika umatNya ditindas? Tidak-kah Tuhan melihat semua ini? Kalau ya, mengapa??

Dalam kesempatan kali ini, marilah kita renungkan satu perikop dari Keluaran 9 yang bisa menjadi refleksi hidup kita didalam pengenalan akan Tuhan, dan rencana-Nya. Ayat-ayat diatas menggambarkan ketika Tuhan hendak memberikan tulah hujan es (tulah ke 7) kepada Firaun dan bangsa Mesir. Bila kita melihat ayat-ayat sebelumnya kita melihat jelas Firaun adalah contoh pemerintahan yang menindas umat Tuhan; Firaun adalah pemerintahan yang tidak taat kepada Tuhan ketika Tuhan menyuruh hamba-Nya Musa untuk membebaskan bangsa Israel keluar dari Mesir untuk menyembah Dia. Namun apakah Tuhan “membungkam” Firaun secara langsung? Apakah Tuhan membunuh kejahatan yang terjadi sehingga umat Tuhan bebas dan tidak mengalami penindasan di Mesir? Tidak, bukan? Didalam 2 ayat diatas justru kita melihat sebaliknya: Tuhan sengaja membiarkan orang-orang jahat, orang-orang yang menindas umat Tuhan seakan-akan meraja lela, Tuhan membiarkan semua itu terjadi kepada umatNya. Mengapa? Keluaran 9:16 menjelaskan yaitu “supaya memperlihatkan kepadamu kekuatan-Ku, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi”. Dengan kata lain, supaya makin nyata kejahatan mereka, sehingga makin nyata kuasa Tuhan ketika Ia memperlihatkan keadilanNya kelak. Tuhan membiarkan semua itu agar Ia dipermuliakan.

Dari peristiwa selanjutnya, kita melihat contoh yang sama, ketika bani Israel dikejar-kejar Firaun bersama tentaranya. Mereka panik ketika tidak ada jalan lari lagi, sebab
di hadapan mereka terbentang Laut Merah, dan itu artinya ‘jalan buntu’ atau jalan yang ujung-ujungnya maut, sebab mundur mati, maju pun juga mati. Kemana lagi mereka harus lari? Apakah Musa bisa menolong mereka?

Bila kita merenung sejenak dan berpikir: Bukankah Tuhan berkuasa menghabisi bangsa Mesir jauh sebelum bangsa Israel tahu bahwa mereka sedang dikejar-kejar bangsa Mesir? Atau tidakkah Tuhan sanggup menghentikan bangsa Mesir ketika mereka sedang dikejar-kejar (jadi tidak perlu sampai ke jalan buntu). Mengapa tunggu mereka di jalan buntu?

Tuhan mempunyai alasan yang sama dalam mengerjakan rancanganNya, yang jauh melampaui pemikiran kita. Ia mau memperlihatkan kuasa-Nya. Menurut saya, dalam situasi yang terjepit (di jalan buntu) itulah bangsa Israel akan jauh bisa mengenal Tuhan mereka sebagai Tuhan yang Mahakuasa; Mereka akan jauh lebih bersyukur justru ketika pertolongan datang ketika pertolongan itu sangat dibutuhkan. Rancangan Tuhan adalah rancangan yang membuat umatNya melihat Tuhan begitu baik, Tuhan adalah pertolongan umatNya, sehingga umat Tuhan mempermuliakanNya.

Hal kedua, ayat diatas seharusnya terus mengingatkan diri kita sendiri, bahwa ketika kita sering hidup tidak taat kepada Tuhan; ketika kita terus menerus hidup di dalam dosa, kita harus ingat suara Tuhan yang mengatakan: “Bukankah sudah lama Aku dapat mengacungkan tangan-Ku untuk membunuh engkau ..., sehingga engkau terhapus dari atas bumi;” Seluruh manusia perlu bertobat, bila manusia masih memiliki kesempatan demi kesempatan, bila manusia masih diberikan nafas oleh Tuhan itu semua karena Tuhan masih bersabar. Janganlah kita menghabiskan kesabaran Tuhan sehingga murka Tuhan ada pada kita.

Terakhir, Ketika kita menyadari bahwa Tuhan yang mahakuasa dan mahasuci itu begitu panjang sabar terhadap raja yang kejam dan bangsa yang jahat bukankah seharusnya kita seharusnya bersikap demikian terhadap orang lain? Mengapakah kita sering menggerutu atau bersungut-sungut untuk hal-hal yang menurut kita kurang nyaman?

Bila TUHAN masih bersabar terhadap dunia ini, Tuhan yang adalah Guru yang Agung bagi kita di sini memberi teladan bahwa kita harus memiliki kesabaran sebagai salah satu bentuk ketaatan kita kepada-Nya.

Itu bukan berarti bahwa ketika kita melihat orang menginjak-injak kebenaran, kita harus diam saja,. Kesabaran di konteks ini adalah kesabaran menghadapi kesulitan atau pergumulan hidup, di dalam relasi kita dengan sesama, bahkan terhadap musuh kita sekalipun. Kesabaran yang dimaksud adalah hati yang lembut; hati yang tidak mempermasalahkan persoalan yang tidak esensial. Yang kita perhatikan adalah bila kita bermasalah dengan Tuhan karena tidak menjalankan perkara-perkara yang Tuhan perintahkan. Misalnya, Sabar mencari domba-domba yang sesat, (orang-orang yang menghadapi jalan buntu)., Kesabaran untuk terus berusaha menyalurkan berkat Tuhan bagi mereka yang bertanya, “Dimanakah Tuhan, ketika kami menderita?”

Biarlah segala sesuatu yang kita lakukan memberi dampak bagi mereka yang kita tolong demi Nama TUHAN, agar mereka mengikuti Jalan yang sudah kita tempuh. Tidak ada lagi jalan buntu, dan mereka pun bisa berjalan di tanah kering Laut Merah yang mengerikan.

Kita sabar, karena Tuhan telah menunjukkan kesabaran-Nya kepada kita terlebih dahulu, bahkan ketika kita masih berdosa.

~ Paul Hartono

Comments