Exodus 12:29-30 – Midnight Cry

12:29-30 Dan terjadilah pada tengah malam dan YHWH membunuh setiap anak sulung di tanah Mesir, dari anak sulung Firaun yang duduk di takhtanya sampai nak sulung orang tawanan, yang ada di dalam rumah bawah tanah, dan setiap anak sulung hewan dan pada malam itu bangunlah Firaun dan abdi-abdinya dan semua orang Mesir; dan pecahlah jeritan tangis yang hebat di Mesir, sebab tidak satupun  rumah yang tidak ada yang mati.

Terdengar lengking tangisan yang begitu dahsyat di tanah mesir pada malam hari.
Jeritan histeris yang begitu menghentak hati, karena jeritan itu bukanlah pekik tangis karena kehilangan harta, pekerjaan, atau kehilangan sanak–saudara, namun karena kematian anak sulung. Kita perlu mengerti konteks saat itu bahwa anak sulung mempunyai nilai khusus yang begitu penting dan primer, dibanding dengan pemahaman anak sulung jaman sekarang. Anak sulung adalah yang utama dan pertama, jadi bukan sekadar penerus nama suku, atau generasi keluarga, melainkan juga memiliki arti kekuatan prima dalam  pengharapan, kebanggaan, bahkan di atas segalanya (The first-fruit of all their strength). Maz 105:36 mengatakan: “dibunuh-Nya semua anak sulung di negeri mereka, mula segala kegagahan mereka:”  YLT: "And He smites every first-born in their land, The first-fruit of all their strength"

Semua “anak sulung” tanpa kecuali, dibunuh (disembelih) malam itu, mulai dari strata atas, yaitu milik Firaun sendiri sampai ke strata bawah rakyat jelata (termasuk kasta terbuang karena berada di liang tutupan di tanah paling bawah), bahkan margasatwa pun tidak ada yang terlewat.  Bisakah kita bayangkan apabila kita yang menjadi target hukuman TUHAN  saat itu? Kalaupun kita bukan target tulah, mampukah kita tidak menutup telinga ketika mendengar jeritan histeria seluruh tanah Mesir karena ada pembantaian besar-besaran di sana? Bak mengalami teror dan horor sekaligus.

Percaya tidak percaya, peristiwa mengerikan itu pernah terjadi dalam sejarah Mesir yang tersohor dalam segala hal. Mesir lumpuh total malam itu. Tak ada yang dapat menolong mereka, karena semua yang terjadi berasal dari YHWH Tsabaoth (TUHAN pasukan semesta), Sang Pencipta mereka. “Ada waktu lahir, ada waktu mati”. Memang itulah kenyataannya. Bayi sulung yang baru lahir sedetikpun tak bakal luput dari tulah Allah Israel.

Bila kita ingat didalam Keluaran 4:19-21, Tuhan mengatakan pada Musa bahwa Firaun tidak akan membiarkan bangsa Israel pergi, sampai Firaun harus dipaksa dengan tangan yang Tuhan yang kuat perkasa, yaitu: (Kel. 4:22-23). Tuhan akan membunuh anak yang sulung di Mesir, karena mereka tidak membiarkan Israel sebagai anak sulung Tuhan pergi. Mesir tidak membiarkan anak sulung Tuhan pergi, maka Tuhan membunuh anak sulung Mesir.

Begitulah dalam hidup kita juga, Tuhan mau apa yang “sulung” (first fruit) dari kita, untuk kita persembahkan bagi Tuhan. Tuhan mau totalitas hidup kita kepada Tuhan. Seringkali Tuhan juga menghajar orang dengan mengambil apa yang “sulung” bagi orang tersebut. Apa yang terutama, seperti kekasih kita, harta, kedudukan, pekerjaan, harga diri, kekuatan diri, Tuhan bisa ambil itu kapan saja, dan Tuhan memakai itu untuk menyadarkan kita bahwa Dia adalah Tuhan.

Tuhan membalas kejahatan (kekejaman atau kelaliman) Firaun, karena dia tidak taat.

Pada malam laknat itu, keadilan Tuhan dijatuhkan ke atas Mesir. Disini kita melihat problema dari Firaun yang juga menjadi problema kita orang berdosa: Firaun tidak taat pada TUHAN bukan karena Firaun tidak melihat cukup bukti bahwa Allah Musa itu adalah YHWH, melainkan masalah hati yang keras. Firaun sudah berkali-kali diperingatkan, dan SEPULUH TULAH (totalitas tulah) sudah didemonstrasikan satu demi satu, dan tentunya tidak ada alasan lagi untuk berdalih. Disini kita melihat bukan karena belum cukup, bukan soal apa yang dilihat, bukan bukti kebenaran yang sudah nyata sekalipun, namun karena kebekuan hati Firaun yang keras (akibat dosa). Firaun sesumbar: “Siapakah YHWH itu yang harus kudengarkan firman-Nya untuk membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal Aku tidak kenal YHWH itu...”; Ini kali terakhir Firaun harus mengakui bahwa Allah Israel adalah YHWH, dan Ia lebih besar dari segala dewa yang ada di Mesir. Firaun memang tidak mungkin dapat mempercayai Allah Israel.  Kekerasan hati Firaun membuktikan bahwa mustahil ia bisa percaya kepada YHWH.  Dia adalah gambaran (showing the image of Satan who excell himself to be god, because Satan is not satisfied to be God’s creature) ciptaan yg tidak puas dengan statusnya merupakan sosok penentang Sang Pencipta. Tak ada remedinya, sebab kalau bukan karena anugerah, iman tak diberikan kepadanya.

Tulah terakhir ini, Tuhan tidak memakai alam melakukannya, namun Tuhan sendiri menghajar Mesir, dan lihatlah tangisan yang dahsyat meliputi seluruh tanah Mesir. Kuasa, kebesaran, keagungan Tuhan dinyatakan, dan segenap insan dibumi gentar terhadap Engkau ya Tuhan! He is the true God.


~ Paul Hartono
Edited by Jeane Ch Obadja.

Comments