5000 Fed (Matius 14:13-14) – Part 1

Cerita didalam perikop ini adalah mengenai Yesus yang memberi makan 5000 orang (sebenarnya 5000 orang laki-laki saja belum termasuk perempuan dan anak-anak). Cerita ini kalau kita perhatikan tercatat didalam semua kitab injil: Matius, Markus, Lukas, Yohanes (tidak semua cerita/perikop tercatat didalam ke 4 injil), dan ini berarti ada maksud atau pengajaran yang sangat berharga yang bisa kita perhatikan didalam perikop ini:

1. Latar Belakang

Cerita ini terjadi setelah peristiwa yohanes pembabtis dibunuh terjadi. Di ayat ke 13 dikatakan bahwa “Setelah Yesus mendengar peristiwa itu (yaitu kabar yohanes pembabtis dibunuh) menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi...”.

Seringkali mungkin kita kurang berhikmat didalam hidup kita dengan “memutlakkan positif thinking” melebihi kehendak Tuhan. Contoh ekstrim ketika kita tahu disuatu kota misal di Jakarta sedang terjadi huru hara besar seperti kejadian Mei 1998, dan kita yang berada di kota lain atau negara lain hendak pergi berlibur kesana dengan alasan hidup kita ada ditangan Tuhan, kita memiliki Tuhan yang berkuasa menyelamatkan kita; atau mungkin kitapun bisa memakai alasan pelayanan kepada Tuhan (misal penginjilan kepada seseorang yang terkenal menggunakan ilmu-ilmu hitam) tanpa mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan, ataupun waktu Tuhan bagi kita untuk melakukannya ditengah-tengah ancaman bahaya. Didalam contoh diatas kita bisa melihat apa yang dilakukan Yesus setelah mendengar yohanes pembabtis dibunuh. Yesus menyingkir dari daerah jurisdiksi Herodes. Herodes saat itu berpikir bahwa Yesus adalah Yohanes pembabtis yang bangkit dari orang mati.

Perlu kita pelajari dari sini bahwa ketika didalam keadaan yang berbahaya, ketika Tuhan mengijinkan dan membuka jalan untuk kita menjauh dari bahaya untuk keselamatan kita (contoh peristiwa kelahiran yesus sendiri), maka itu bukanlah hal yang salah, kecuali memang Tuhan memiliki panggilan kusus untuk kita untuk menghadapi bahaya tersebut seperti banyak kasus dialkitab (seperti kisah musa menghadap firaun dan memimpin bangsa israel keluar dari tanah mesir, kisah yunus yang disuru untuk pergi ke niniwe, ataupun kisah esther ketika mau menghadap raja).

Disini Yesus menyingkir karena memang waktuNya untuk menderita belum tiba. Memang Ia adalah Tuhan dan bisa saja dengan kuasa ilahi, Yesus melindungi diriNya, namun Yesus mau menunjukkan bagaimana dirinya sebagai manusia melakukan apa yang menjadi kehendak BapaNya (untuk memelihara diri / preserve life).

Hal lain yang bisa kita lihat adalah ketika Yesus menyingkir (ayat 13-14), maka orang banyak yang besar jumlahnya mengikutiNya. Disini alkitab mau mengajarkan 2 hal: pertama adalah agar kita harus terus mencari Kristus dalam hidup kita, dan kedua adalah fakta bahwa penderitaan yang dialami anak-anak Tuhan seringkali dipakai Tuhan untuk semakin memperluas injil Tuhan atau menjadi berkat bagi orang lain (Sometimes the suffering of the saints are made to further the gospel – baca juga Filipi 1:12). Kalau kita perhatikan maka jelas pengikut Kristus pun juga makin bertambah banyak setelah kematian dari Yohanes pembabtis (yang mati martir).

2. Belas Kasihan Yesus

Di ayat 14 kita bisa melihat bahwa Yesus tergerak hatinya melihat orang banyak mengikutiNya. Yesus yang sedang mau mengasingkan dirinya(menghindar dari orang banyak) ketempat sunyi, untuk keselamatanNya,dan untuk beristirahat bagi diriNya (lihat Markus 6:31) namun hatinya bisa tergerak melihat orang banyak. Sungguh kita boleh belajar akan hati seperti Kristus, hati yang tidak mementingkan diriNya sendiri, hati yang ketika melihat orang lain mau mendengarkan Firman Tuhan mau menyempatkan waktu bersama mereka, diri yang mau berkorban, memberikan tenaga, pikiran, dan waktu untuk orang lain agar mereka boleh makin mendekat dengan Tuhan, makin mendekat dengan Firman Tuhan.

Yesus melihat banyak orang disana yang berarti banyak jiwa yang berharga dimataNya (Ia bukan hanya saja tergerak namun juga Yesus bertindak menolong mereka). Yesus mengajarkan agar kita mau berkorban untuk jiwa-jiwa yang bisa kita bawa kepada injil. Seringkali mungkin kita memilih-milih saat mau menginjili orang, ataupun sungkan ketika ada kesempatan menginjili, ataupun bahkan tidak menginjili sama sekali. Ini jelas bertentangan dengan apa yang Kristus telah lakukan.

Ada orang yang mengatakan bahwa dalam penginjilan kita harus memilih siapa yang akan kita injili, karena mungkin itu bukan orang yang Tuhan tentukan untuk kita injili hari ini. Mengapa? Karena kalau Tuhan yang menentukan maka kemungkinan berhasilnya lebih besar, dan juga pasti apa yang kita dapatkan dan ucapkan pasti lebih mengena kata-katanya. Saya terus terang bingung dengan pandangan ini.

Pandangan ini jelas bertentangan dengan apa yang Kristus lakukan kepada orang banyak, demikian juga seperti yang dibahas dalam artikel saya sebelum ini mengenai perumpamaan tentang pukat. Bagi manusia, injil harus diberitakan keseluruh dunia, dan nanti itu adalah hak Tuhan yang akan memilih dan bekerja memberikan Roh Kudus sehingga orang itu boleh berespon dengan benar.

Prinsip lain adalah Tuhan tidak hanya melihat hasil sebagai sesuatu yang utama, tapi Tuhan melihat proses, bukan hasilnya orang itu bisa bertobat atau berespon dengan benar lalu kita disebut berhasil. Tidak, Alkitab beberapa kali menekankan bahwa bukan hanya hasil, seperi Musa yang harus memakai 40 tahun di mesir, kemudian 40 tahun selanjutnya dipadang gurun, dan 40 tahun selanjutnya membawa israel dan itupun juga Musa sendiri tidak masuk ke kanaan. Tapi apakah gagal? Tidak Musa mengalami pembentukan Tuhan yang berat. Daud berzinah (kegagalan), namun tapi setelah adanya kegagalan ia makin dekat pada Tuhan, Ayub harus menderita (kegagalan) namun ia makin dekat pada Tuhan, makin imannya di uji makin ia bertumbuh dalam Tuhan, dan contoh-contoh lainnya.

Hal lain yang perlu dikoreksi disini adalah, bukan karena kita, bukan karena kekuatan kita, bukan karena lebih mengenanya ucapan kita, tapi hanya karena Tuhan sajalah. Calvin adalah salah satu contoh hamba Tuhan yang sedikit kurang lancar ketika dia berbicara, sehingga pada saat dia berkotbah maka seringkali tidak lancar, namun justru Tuhan memakai hal ini, melalui kegugupannya banyak orang mencatat kotbah2nya, pada saat ia tersendat ketika berbicara, orang jadi ada waktu untuk mencatat. Dan juga justru ketika menyadari kekurangan kita, maka benar-benar nama Tuhanlah yang dipermuliakan, bukan karena kehebatan diri.

~ PoL

Comments