Vanity (Kesia-sia an)

Di dalam pengkotbah di katakan bahwa semuanya adalah sia-sia... Apa gunanya manusia berjerih payah di bawah matahari? Keturunan yang satu pergi dan keturunan yang lain datang, begitu seterusnya. Matahari terbit dan tenggelam setiap hari. Semua sungai mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh. Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar. Begitulah kira-kira yang dikatakan Pengkotbah 1, bahkan dikatakan bahwa pengejaran hikmat itupun sia-sia.

Yang bodoh dari Allah tetap lebih tinggi dari hikmat tertinggi manusia, karena manusia terbatas sedangkan Allah tidak terbatas. Kalau begitu pada saat saya melihat sesuatu yang saya anggap salah kemudian saya bilang kepadanya bahwa itu salah, lalu orang itu memiliki argumentasinya sendiri, pada saat itu bagaimana? Di satu sisi mungkin memang orang itu salah sehingga kita harus membenarkan apa yang salah. Tapi di sisi lain bisa saja pandangan kita yang salah sehingga orang itu berkata yang seharusnya kita dengarkan. Apalagi kalau sedang berdiskusi tentang hal-hal yang doktrinal atau nilai yang dipandang baik dimana orang memiliki doktrin bagi dirinya sendiri. Kebenaran hanya satu.. tidak ada 2 kebenaran.. kalau kebenaran si sisi satu tidak mungkin ada kebenaran disisi lain. Setengah kebenaran brarti belum benar. Dari sini saya bisa melihat memang semua manusia tidak bisa luput dari dosa (pasif maupun aktif).

Semua adalah sia-sia, termasuk mencari hikmat pun sia-sia. Berarti memang kita harus bergantung sepenuhnya dengan Tuhan melalui Roh Kudus yang bekerja dalam hati kita saat kita membaca Alkitab. Karena mungkin saja yang kita anggap benar bukanlah kebenaran sejati, termasuk apakah yang kita dengar atau interpretasikan itu bisa saja bukanlah kebenaran sejati. Manusia terbatas, tidak ada satupun yang tidak berdosa.

Calvin mengatakan bahwa "dalam hal-hal yang tidak diijinkan untuk diketahui manusia, maka kebodohan merupakan pengetahuan, sedangkan keingintahuan merupakan suatu kegilaan".

Kemudian pada hari Minggunya saya pergi ke gereja, dan disana si pendeta membawakan topik yang sama yaitu dari Pengkotbah 1. Saya berpikir "wah kok bisa pas ya". Si Pendeta mengatakan bahwa hidup kita tiap hari berulang, tidur, bangun, makan, kerja, pulang, tidur, bangun, dst. Dia bercerita bahwa ada seseorang yang tiap hari bangun.. dan tiap jam 9 pagi dia selalu keluar dari tokonya mengambil tempat untuk mem-foto toko miliknya. Orang itu selalu melakukan hal yang rutin itu terus menerus pada jam yang sama.. dari sudut dan tempat yang sama lebih dari 20 tahun.

Sang tetangga bingung melihatnya dan suatu hari sang tetangga mampir dan dia berkata kepada pemilik toko itu untuk diperbolehkan melihat foto-foto-nya itu. Sang pemilik toko membawa foto-foto nya yang terdiri dari banyak album-album foto. Si tetangga mulai melihatnya pada album pertama halaman pertama.. "oh ini foto toko mu" katanya. Kemudian dibaliknya halaman ke 2, "oh masih sama gambarnya tentang toko mu", dibaliknya halaman ketiga, dan dia mulai bingung "kok toko lagi ya.." gumannya dalam hati. Akhirnya satu album selesai dilihatnya, kemudian si tetangga mau melihat album ke duanya karena dipikirnya mungkin berbeda isinya. Ternyata yang dilihatnya sama saja foto tentang toko si pemilik. Selesai melihat seluruh album ke dua, dia membuka album yang ketiga, tapi kali ini si tetangga melihatnya dengan cepat, tanpa memperhatikan tiap halamannya, dibaliknya dengan cepat. Baru melihat ujung foto sudah dibaliknya karena dia tau isinya foto melulu. Kemudian si pemilik toko itu memotong "Kamu salah melihatnya, kalau mau lihat, lihat pelan-pelan". Si tetangga menyahut "ini kan foto yang sama.. jadi saya membukanya cepat-cepat karena sudah tahu isinya". Si pemilik berkata "begini caranya.. sini saya kasi tau". Si pemilik toko kembali memberi contoh kepada tetangganya mulai dari album pertama. "Tuh lihat ini foto dari Toko saya pada hari senin tanggal 01 january 1986". dibaliknya halaman ke dua "nah ini juga foto toko saya.. tapi coba lihat.. temboknya basah.. karena hari itu hujan." Dibaliknya terus "Nah kalau yang ini lihat temboknya mulai ada retak-retak karena ini sudah 10 tahun dari yang pertama dan sudah mulai tidak terawat". "Nah kalau yang ini gambarnya terang sekali karena matahari lagi terik".

Begitu pulalah hidup kita, kalau kita memotret hidup kita pada saat makan malam, pasti yang terlihat adalah kita selalu makan.. tapi kalau kita lihat lebih detail kadang ekspresi kita berubah-ubah... kadang kita makan dengan ekspresi senang karena enak makanannya, kadang kalau makanan lagi ga enak, atau mood sedang tidak baik ekspresi kita kesal, atau bt. Disini kita bisa belajar bahwa sebenernya yang enak/baik bisa ada karena ada yang tidak enak/tidak baik, dan sebaliknya. Kita tahu dari mana itu enak kalau kita tidak pernah merasakan yang tidak enak, ataupun sebaliknya.

Lao Zi (Taoisme) mengatakan bahwa nilai dan konsep disusun manusia, dan pendapat ada sesudah diperbandingkan. Hubungan itu bisa berubah, tapi definisi tetap. Nilai perbedaan antara cantik dan buruk, punya dan tidak punya, sulit dan mudah, tinggi dan rendah tidak bertahan selamanya.

Jadi pelajaran pertama adalah mengucap syukurlah dalam segala hal, karena hal-hal yang tidak baik sekalipun boleh kita terima sehingga kita bisa merasakan hal-hal yang baik. Mengucap syukur karena kita yang tadinya berdosa, hanya karena anugerah Tuhan, kita beroleh keselamatan. Dosa sebagai anti dari yang tidak berdosa.

Saat ini saya sedang membaca 1 Korintus dan hari Selasanya saya membaca pasal ke 15, dan disitu saya mendapat satu lagi jawaban dari Alkitab bahwa apakah yang tidak sia-sia? 1 Korintus 15:58 mengatakan: “… berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu bahwa persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” Percaya kepada Kristus jalan satu-satu-nya maka itu tidak sia-sia.

Comments