The Gift of Pain (Indonesian)

“Pain” atau sakit biasa kita pandang sebagai sesuatu yang negatif. Normalnya, orang-orang tidak ingin untuk mendapatkan penyakit. Kalau terserang penyakit, secara normal orang-orang pasti ke dokter supaya penyakit itu bisa diatasi. Dalam doa pun, yang kita minta adalah agar Tuhan boleh berbelas kasihan supaya penyakit kita, sodara kita, teman kita boleh disembuhkan. Saya baru melihat suatu kesaksian hidup oleh sepasang suami istri bernama Paul and Margareth Brand yang di muat dalam bentuk DVD. Mereka berdua terbeban dalam bidang medical, dan terlibat dalam suatu medical christian team. 

Pada suatu hari, mereka dikirim untuk menjadi medical missionary disuatu kampung di india. Sesampainya disana, mereka melihat bahwa banyak penduduk disana terkena suatu penyakit yang sangat aneh bagi mereka. Mereka tidak pernah menjumpai penyakit tersebut sebelumnya. Singkatnya penyakit tersebut dikenal dengan nama lepra / kusta (dalam bahasa inggris disebut: lepers). Orang yang terkena penyakit ini seringkali dijumpai dengan keadaan yang sangat menyedihkan: tidak memiliki jari-jari tangan, kaki tidak ada, bahkan kondisi mata yang kering berair dimana orang tidak bisa melihat lagi, dll. Penderita penyakit ini tidak hanya mendapat tekanan dari dalam tapi juga pada umumnya dari luar. 

Kalau kita lihat jaman dahulu, di alkitab dicatat bahwa penderita penyakit kusta dijauhi orang. Mereka tidak boleh bergaul dengan orang-orang biasanya. Mereka tinggal didaerah yang terpisah, dan mereka dianggap najis. Inilah "pain" yang diderita oleh penyakit lepra / kusta. Didalam research nya Dr. Paul Brand menemukan bahwa orang-orang yang terkena penyakit lepra ini mengalami gangguan dalam sensor yang merasakan sakit (dysfunction sensory of pain). Misalkan, telinga seorang yang kena penyakit ini bisa hilang keesokan harinya dikarenakan pada saat mereka tidur ditempat yang kumuh, ada tikus yang menggigit borok ditelinganya, tanpa mereka merasakan rasa sakit. Mereka merasa biasa saja, tidak berasa ada sesuatu yang menggigit telinga mereka. Pada saat mereka berjalan dijalan dengan tidak memakai sepatu, ada beling yang terinjak pun mereka tidak merasakan itu, yang akhirnya lama-lama kaki yang terluka menjadi borok dan membusuk sehingga rusak. Demikian pula dengan mata, dengan keadaan tangannya yang rusak, mereka mengusap atau bahkan menggaruk mata mereka sendiri bahkan sampai menyentuh kornea mata nya tanpa mereka merasa sakit. Inilah penyebab kerusakan anggota tubuh si penderita penyakit ini. Dr Paul Brand mengatakan suatu kalimat yang menyentuh dan seringkali kita tidak terpikirkan untuk melihat rasa sakit yang kita terima. Dia mengatakan dalam bahasa inggris “Thank God for pain. If there’s only one gift that I could give my leprosy patients, it would be the gift of pain.” 

Luar biasa, seringkali kita melihat rasa sakit / penderitaan yang kita terima sebagai suatu yang negatif, tapi disini kita bisa melihat betapa pentingnya rasa sakit itu bagi orang yang terkena penyakit kusta. Disini kita bisa belajar beberapa hal tentang pentingnya rasa sakit itu. Kesakitan memiliki peran yang pertama sebagai sensory warning dalam tubuh kita. Pada saat kita merasakan sakit, itu merupakan suatu pertanda ada something wrong dalam tubuh kita yang perlu kita jaga, atau obati. Apabila suatu penyakit tidak diketahui dan tiba-tiba kita mengetahuinya pada saat penyakit itu sudah ganas, maka gawatlah keadaan tubuh kita. Demikian juga dengan pergumulan hidup kita. Adanya suatu masa-masa sulit, pergumulan sekali lagi mengingatkan kita, dan seharusnya membuat kita lebih bersandar pada Tuhan. Melihat diri yang lemah dan bergantung kepada Allah yang berkuasa. 

Kisah diatas bisa kita kaitkan dengan keadaan spiritual kita yang terkena kusta. Apa maksudnya? Seorang yang baru membunuh, dalam dirinya merasa bersalah, tetapi pada saat ia melakukan itu terus menerus, orang itu sudah mengganggap membunuh menjadi hal yang biasa, dan bahkan mungkin merasa damai dalam hatinya. Ia sudah tidak lagi merasakan rasa “sakit” didalam melakukan hal yang berdosa. Itulah kusta yang lebih berbahaya disbanding dengan kusta fisik. Kusta yang membawa manusia kepada kebinasaan yang kekal. Janganlah kita membiarkan kita untuk kehilangan rasa “sakit” pada saat kita melakukan dosa, dan biarlah kita senantiasa mengucap syukur pada saat hidup kita menghadapi segala tantangan, ujian, pergumulan hidup. Mari kita selalu berdoa untuk boleh selalu diberi kerinduan dan kemauan untuk hidup takut akan Tuhan, dan melayani Tuhan didalam hidup kita.

Comments