Lord’s Prayer: Model of True Prayer

Doa Bapa Kami adalah suatu doa yang Tuhan Yesus ajarkan kepada murid-muridnya. Doa ini bukanlah doa yang harus dipakai setiap kali kita mau berdoa, tetapi doa bapa kami adalah suatu contoh/model yang Tuhan berikan. Dicatat diayat sebelumnya dalam Matius 6:7 dalam bahasa inggris dikatakan: “And when you pray, do not use vain repetitions as the heathen [do]. For they think that they will be heard for their many words.” Jadi disini Tuhan mau agar kita boleh mengerti kata-katanya. Tuhan Yesus mau kita melihat doa ini sebagai model sama seperti ketika kita melihat suatu model rumah kecil yang sering dipajang di tempat-tempat pameran. Tujuan dari model rumah itu bukan untuk kita tinggal didalamnya, tetapi untuk sebagai contoh membuat rumah agar kita bisa tinggal didalamnya.

Bapa kami yang disurga
Kalimat diatas adalah kalimat pembukaan dari doa bapa kami. Disini kita melihat doa yang Tuhan Yesus contohkan dimulai dengan menyebut Tuhan. Inilah basic dari berdoa, sama seperti dengan tujuan kita hidup yang adalah untuk memuliakan Tuhan dan menikmati Tuhan selamanya, maka hal pertama yang harus diingat dalam doa adalah bahwa doa itu harus God-centered (berpusat kepada Tuhan). Pada saat kita berdoa kita harus mencari apa yang Tuhan mau, baru setelah itu keinginan kita (yang tidak melanggar kehendakNya).

Kita sadar bahwa kita adalah manusia berdosa secara natur, dan ketika kita menyesal akan dosa-dosa kita dan percaya kepada Kristus sebagai satu-satunya juruselamat maka kita dibenarkan (justified) dan di adopsi (adopted) menjadi anak-anakNya. Disini ketika kita diadopsi menjadi anak Tuhan sehingga kita bisa berkata bahwa Tuhan adalah Bapa kita. Tapi apa sebenarnya arti dari Bapa kami yang disurga (Our Father which art in heaven) ?

Didalam Islam, Allah adalah Tuhan yang tinggal jauh disurga, yang sangat jauh, yang sangat tinggi dan suci. Seringkali pada saat ada masalah terjadi, mereka berpikir bahwa ini adalah suatu hal yang pantas terjadi ataupun suatu takdir, atau Allah berkenan itu terjadi. Manusia merasa sulit sekali menjangkau Tuhan. Hal ini pun juga terjadi didalam ajaran katolik, dimana kita berdoa melalui Maria atau salah satu orang-orang suci (atau yang lebih dekat dengan Tuhan) sehingga doa kita lebih didengar.

Kita percaya bahwa setelah kita diadopsi menjadi anak Tuhan, maka Tuhan kita adalah sebenarnya Tuhan yang dekat dengan kita seperti layaknya seorang Bapa. (Baca Ibrani 4:14-16). Kita datang kepada Tuhan bukan dengan berteriak kepada Allah yang jauh dari kita, ataupun melalui Maria, tetapi kita diajarkan Kristus untuk datang sendiri kepadanya dengan ucapan yang sangat indah “Our Father”.

Disisi lain, kita perlu juga melihat bahwa Bapa kita yang didalam surga. Apa maksud didalam surga ini? Banyak orang berpikir bahwa Tuhan kita adalah tempat dimana kita bisa duduk dipangkuannya, dan memeluknya, tidur-tiduran didekatnya, dan dia mengelus-ngelus kepala kita. Seakan-akan kita melihat Tuhan seperti orang tua yang baik. Yesaya 40:18 mengatakan: “Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia?”.

Ketika Kristus mengajarkan doa ini kepada murid-muridnya, Ia mau mengajarkan bahwa Tuhan adalah tetap Tuhan yang tinggi, yang suci, yang membenci dosa, namun adalah Bapa kita yang mengasihi kita (God is both near and far – He is close to us yet exceedingly high above us). Tuhan adalah Bapa kita tapi dia adalah Tuhan yang didalam surga. Jadi ketika kita datang kepada Tuhan secara personal dan langsung namun kita tetap perlu “melepaskan sepatu” kita, hormat kepadaNya yang adalah Tuhan yang kudus seperti didalam Yesaya 6.

Inilah suatu paradoks. Kalau kita perhatikan seorang ayah, maka ayah adalah orang yang mau menolong anaknya, tapi belum tentu seorang ayah mampu menolong anaknya. Terkadang ada kesulitan-kesulitan yang membuat seorang ayah tidak mampu. Namun Tuhan kita adalah Tuhan yang mau menolong kita (sebagai Bapa) tetapi juga mampu untuk menolong kita (sebagai Tuhan yang berdaulat).

Selain itu juga disitu dipakai kata “kami”, berarti adalah kita berdoa sebagai suatu komunitas, karena Ia adalah Bapa bukan hanya kepada diri sendiri tetapi kepada anak-anakNya, seperti yang tercatat dalam Kisah para rasul 2:42.

Inilah inti dari kalimat pembukaan dari doa bapa kami (Our Father which art in heaven), yang mengajarkan akan pentingnya relasi yang benar ketika kita berdoa kepada Tuhan.

“No one can really pray to God acceptably until such person is in a right relationship with God”.

Comments