Blindspot in Spirituality: Neglected Saints

Ketika kita membaca alkitab, mungkin seringkali kita amaze dengan tokoh-tokoh alkitab seperti Musa, nabi Yesaya, rasul Petrus, Paulus, dan yang lainnya. Mudah-mudahan pada saat saya bilang “amaze” diatas, kita tau bahwa Tuhanlah yang memampukan orang-orang tersebut. Kita tidak habis berpikir karya Tuhan yang begitu luar biasanya terhadap diri orang-orang tersebut, sampai-sampai mungkin kita memfavoritkan orang-orang tersebut dengan berpikir “aku ingin seperti paulus, yang benar-benar gigih memberitakan injil”, dan lain sebagainya. Atau mungkin ada orang kristen yang berpikir “nanti kalau saya ke surga saya ingin bertemu dengan rasul petrus”. Mengapa bisa demikian? Karena dibenak kita mereka adalah orang-orang kudus (atau “saints”) yang Tuhan pakai dengan luar biasa.

Namun yang saya ingin tulis dalam artikel kali ini adalah, pikiran dualisme kita akan hal ini. Kita terlalu sering melihat kondisi “already” tetapi melupakan kondisi “not yet” kita. Maksudnya bagaimana? Ada suatu perkataan yang sangat menarik seperti berikut ini:

“To Live above with saints we Love, O that will be Glory.
But to live below with the saints we know, Now that’s a different story”

Kita ingat atau selalu membaca buku-buku rohani, membaca alkitab, menyanyi lagu-lagu rohani, berdoa, ingat Tuhan, ingat ajaran-ajaran para rasul, tapi kita lupa akan orang-orang kudus (saints) yang berada disekitar kita. Hal ini sebenarnya kembali mengulang kesalahan sejarah yang sama ketika Paulus menegur jemaat di korintus agar mereka ingat kepada saudara mereka (the saints).

Beberapa ayat dialkitab menuliskan tentang seharusnya sikat kita terhadap “saints” ini:
Roma 12:13 – “Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan.”

Efesus 6:18 – “Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah didalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus.”

Filemon 1:5 – (ucapan syukur paulus) “karena aku mendengan tentang kasihmu kepada semua orang kudus dan tentant imanmu kepada Tuhan Yesus.”

Siapakah yang dimaksud the “saints” ?
Roma 1:7 mengatakan bahwa orang kudus adalah orang-orang yang dikasihi Allah, yang dipisahkan dan dipanggil oleh Tuhan, atau secara plural disebut sebagai gereja Tuhan. Mereka sebenarnya bukan hanya orang-orang “terkenal” didalam alkitab seperti rasul petrus, paulus, musa, dan yang lainnya, tetapi juga sebenarnya orang-orang disekitar kita. Siapakah orang yang di predestinasi Tuhan? Siapakan orang-orang kaum pilihan Tuhan? Kita sebagai manusia memang tidak tau tapi itu bukan berarti kita bisa tidak menghiraukan mereka. Sama dengan penginjilan kepada banyak orang, maka sebenarnya sikap hidup kita pun harus memiliki kasih kepada orang-orang disekitar kita. Mungkin orang disekitar kita saat ini adalah saulus yang kelak akan menjadi paulus.

Mengapa ada “neglected saints” ?
Perkataan diatas disatu sisi juga tersirat susahnya untuk hidup ditengah “saints” yang berada disekitar kita dibanding membayangkan “saints” yang sudah berada dalam kekekalan. Hal ini sangat jelas, mereka yang berada dalam kekekalan sudah tidak hidup didalam dosa, sedang saints disekeliling kita masih bisa berbuat dosa. Terlebih dengan apa yang dikatakan dalam Amsal 16:2a “Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri”, hal ini makin menyatakan bahwa kita sebagai manusia cenderung melihat orang lain salah dan diri kita sendiri yang benar, termasuk dengan berbagai macam alasan kita tidak menghiraukan saints disekitar kita entah itu tidak sadar, benci, ataupun memang benar-benar tidak peduli. Dan mungkin saat ini ketika kita mendengar kata saints yang masih ada di bumi pun, mungkin ada yang berpikir pendeta kita, atau orang-orang sebangsa kita yang tidak kita kenal, tapi mungkin orang yang dekat dengan kita, kita lupa terutama orang yang sedang menjadi musuh kita. Hal ini sangat menegur saya sendiri, supaya saya boleh memiliki hati yang lemah lembut. Hati yang memancarkan kasih yang Tuhan sudah berikan.

Periksa Diri
Mari kita terlebih dahulu bercermin, lihat diri. Sudahkah kita memiliki hati yang lemah lembut? Tuhan berkata dalam Matius 5:5 bahwa “berbahagialah orang yang lemah lembut karena mereka akan memiliki bumi”. Tapi bagaimana kita bisa memiliki hati yang lemah lembut kalau kita tidak miskin dihadapan Allah dan tidak menjadi orang yang berduka cita didalam Tuhan? Mari kita kembali pertama-tama mengoreksi diri, meminta pertolongan Tuhan untuk supaya kasih Tuhan boleh ada pada kita, dan terpancar melalui hidup kita sehingga melalui kita nama Tuhan dipermuliakan.


~ PoL

Comments