Blindspot in Spirituality: It is a cruel act, a CRUEL MERCY !!

Seorang pemuda terlihat berpegangan dengan satu tangan di tepi jurang, seluruh badannya terlihat mulai lemas hampir terjatuh beberapa saat kemudian. Adam seorang pemuda yang sedang berjalan melewati jurang itu, terus saja berjalan tanpa mempedulikan pemuda yang hampir terjatuh itu. Kemudian tidak berapa jauh dari sana, adam kembali melihat pemandangan dimana seorang kakek sedang menyayat-nyayat dirinya dengan pisau, kakek itu menyiksa dirinya, namun hal yang sama dilakukan adam. Ia hanya terus berjalan. Inilah sebuah cerita dimana saya yakin kita semua akan berkata bahwa adam sangatlah kejam dan tidak berperikemanusiaan. Mengapa? Adam tau ada seorang pemuda yang sedang ditengah bahaya, dimana nyawanya sedang dipertaruhkan, namun adam tidak berbelas kasihan.

Gambaran ini sama seperti perumpamaan yang Tuhan katakan didalam Lukas 10:33-37 tentang perumpamaan seorang samaria. Disana kita melihat bahkan seorang imam dan lewi yang notabene seorang yang rohaniwan pun dapat melakukan perbuatan yang kejam.

Didalam matius 5:7 dikatakan “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.” Disini Tuhan Yesus memberikan suatu perintah sekaligus reward kepada murid-muridNya. Perintah itu adalah supaya kita sebagai murid Kristus memiliki sifat murah hati. Tuhan menginginkan supaya anak-anakNya memiliki sifat yang bermurah hati (mercy) karena sifat inilah yang membedakan anak Tuhan dengan dunia ini. Dunia pada naturnya memiliki sifat yang kejam, tidak berbelas kasihan, dan berpusat pada dirinya sendiri. Namun Tuhan adalah Allah yang baik, “the merciful God”, Ia adalah Tuhan yang telah memberikan segala kemurahannya kepada kita, terlebih Tuhan adalah Tuhan yang mau menjadi manusia, dan dengan menjadi manusia Ia benar-benar merasakan apa yang manusia rasakan, merasakan apa yang menjadi kesusahan manusia, dan tau bahwa manusia adalah manusia yang tidak memiliki harapan, sehingga Ia memberikan diriNya disalib tanggung dosa kita. Namun sekali lagi bagaimana dengan kita? Bagaimana respon kita kepada orang lain setelah kita menerima segala kemurahan dan belas kasihan dari Tuhan? Apakah kita seperti seorang hamba yang tidak mengerti pemgampunan yang diberikan raja seperti yang terdapat Matius 18:21-35?

Sebenarnya sadar tidak sadar kondisi kita sangat mungkin seperti yang tertulis dalam Matius 18:21-35. seorang hamba yang berhutang 10.000 talenta mendapat pemgampunan oleh raja, namun seorang temannya sendiri yang berhutang 100 dinar tidak diampuninya. Bukan masalah mengampuni saja, tapi mari kita lihat dari aspek the merciful act (sikap murah hati) yang telah diberikan sang raja. Sesungguhnya hamba tersebut adalah hamba yang sangat keterlaluan, yang sangat kejam, dan tidak tau membalas budi. Mari kita lihat aspek murah hati (mercy) ini didalam hidup kita di dalam sisi yang mungkin sering terlupakan oleh kita.

Sikap murah hati yang terutama sesungguhnya berlandaskan dari sikap murah hati secara rohani. Sadarkah kita bahwa dunia yang berdosa ini sedang menuju kematian yang kekal? Ketika kita sedang dalam perjalanan ke kantor duduk didalam bus, disamping kita terdapat seorang pemuda yang termenung yang sesungguhnya sedang “berpegangan di tepi jurang”, atau ketika kita sedang jalan kaki di gang dekat rumah kita, terdapat seorang kakek yang selalu bermain judi tanpa sadar bahwa ia sedang “menyayat-nyayat dirinya dengan pisau yang tajam”. Sadarkah kita sama seperti adam diatas? Terlebih kita seringkali sama seperti hamba yang telah diampuni sang raja, namun kita tidak menunjukkan belas kasihan itu kepada orang disekitar kita?

Bagi kita yang seringkali telah melayani, bagaimana sikap kita terhadap pengajaran-pengajaran yang salah? Pengajaran yang sesungguhnya mencela Tuhan? Bagaimana sikap kita terhadap teman sepelayanan, teman sekolah, ataupun saudara kita yang melakukan perbuatan yang mendukakan hati Tuhan? Adakah teguran yang kita berikan? Ataukah sesungguhnya kita hanya berdiam diri karena takut melukai perasaannya, ataupun takut hubungan kita yang rusak? Sesungguhnya, adalah “kebaikan” yang kejam (cruel mercy) ketika kita melihat orang terus menerus tenggelam didalam dosa, dan kita membiarkan keadaan mereka, namun adalah suatu “kekejaman” yang baik (merciful cruelty) ketika kita menegur dengan keras terhadap dosa, sehingga mereka tidak mengalami kematian yang kekal. Titus 1:13 mengakan: “... Karena itu tegorlah mereka dengan tegas supaya mereka menjadi sehat dalam iman."

Operasi seringkali diperlukan dengan menggunakan pisau yang menembus daging, tapi itu adalah untuk menyembuhkan, dan memotong kanker yang ada. Itu adalah luka yang menyembuhkan. Ini sama halnya dengan tindakan menegur dosa yang merupakan operasi rohani.

Inilah suatu aspek dari murah hati yang Tuhan Yesus ajarkan kepada murid-muridnya, bukan hanya bermurah hati secara jasmani, tapi juga dengan jiwa seseorang (a soul mercy), suatu aspek sikap murah hati yang dikaitkan dengan kekekalan. Biarlah perkataan Tuhan Yesus di bukit ini menyadarkan kita semua termasuk saya sendiri akan diri kita yang sesungguhnya kurang murah hati, yang seringkali bertindak kejam, atau tepatnya kita sebagai orang yang sudah mengenal kasih Tuhan, kita melakukan kebaikan yang kejam (a merciful cruelty).

Biarlah dengan tulisan singkat ini, membuat kita merefleksikan diri kita sendiri, mengakui segala keberdosaan kita, dan kita boleh senantiasa berespon dengan benar kepada Tuhan dengan menunjukkannya melalui perbuatan kita. Murah hati sebagai salah satu buah roh, sebagai bentuk perbuatan kepada orang lain, sebagai bukti kita mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan melalui mengasihi sesama yang kelihatan.

“For to be meek is to acknowledge to others that we are sinners, to be merciful is to have compassion on others, for they are sinners too. ~ John Stott”


~ PoL

Comments