Was Prey "then Pray" Now Praise

Kehidupan manusia tidak terlepas dari masalah, baru kehilangan usahanya, seseorang bisa saja langsung dirampok, dan kemudian kehilangan orang yang disayanginya. Inilah realita dunia. Bahkan orang yang makin dekat dengan Tuhan pun tidak terlepas dengan masalah, bahkan boleh dibilang lebih banyak mengalami masalah dibanding orang-orang yang jauh dari Tuhan. Kita bisa lihat dalam beberapa tokoh seperti Ayub, Yakub, Musa, bangsa Israel, dan yang lainnya. Lebihnya justru Kristus menyuruh kita untuk pikul salib dan ikut Dia, bukan untuk “memajang” salib sebagai perhiasan apalagi “menyuruh” Kristus untuk menolong dan mengabulkan keinginan kita.

Didalam Keluaran 14:9 tertulis: “Adapun orang Mesir, segala kuda dan kereta Firaun, orang-orang berkuda dan pasukannya, mengejar mereka dan mencapai mereka pada waktu mereka berkemah di tepi laut, dekat Pi-Hahirot di depan Baal-Zefon.” Disini terjadi peristiwa dimana bangsa Israel baru saja keluar dari Mesir karena tuntunan Allah melalui hambaNya Musa, dan kemudian masalah datang dimana pasukan Firaun mengejar dan hendak membunuh mereka. Dan masalah itu datang (pasukan Firaun mencapai mereka) bukan didaerah terbuka dimana bangsa israel bisa melarikan diri, namun ketika bangsa Israel sedang berkemah di tepi laut dekat Pi-Hahirot alias berada dalam jalan buntu / tidak bisa kemana-mana. Mereka sangat panik dan ketakutan menghadapi masalah itu, karena maut sudah berada didekat mereka, kita lihat di ayat 10-12, mereka berseru-seru kepada Tuhan dan berkata pada Musa. Mereka pikir bukankah Tuhan semestinya menuntun mereka? Kondisi mereka saat ini lebih buruk ketika di Mesir, haruskah mereka mati dipadang gurun? Tanya mereka. Masalah itu pun bukan hanya terjadi pada bangsa Israel namun juga mempengaruhi pemimpin mereka Musa dimana kita lihat lagi dari sikap Musa di ayat ke 13 –14 yang dengan iman tahu bahwa Tuhan tidak akan membiarkan mereka karena Tuhan sendiri lah yang berkata pada Musa di awal pasal 14 ini yaitu ayat ke 1-4. Seorang pemimpinpun jugalah manusia yang bisa terbawa suasana. Di ayat 15 kita lihat perubahan sikap musa, yang meskipun secara pengetahuannya tau bahwa Tuhan akan melindungi umatnya namun disitu dikatakan Musa “berseru-seru” kepada Tuhan. Kata “berseru-seru” ini adalah kata yang juga dipakai bangsa Israel di ayat yang ke 10 akhir.

Pertanyaannya disini adalah: Kapankah Tuhan bisa menolong bangsa Israel? Kapankah Tuhan bisa bertindak menumpas pasukan Firaun?
1. Sewaktu pasukan Firaun masih berada di Mesir.
2. Sewaktu didalam perjalanan mengejar Israel, namun belum bertemu.
3. atau.. ketika saat terakhir seperti tertulis didalam Alkitab, ketika saat-saat terjepit, sudah diujung mata.

Tentu kita tau, Tuhan maha kuasa, Tuhan mampu melakukan apa yang Dia kehendaki kapan saja. Tuhan bisa menolong di ketiga point diatas bukan? Dan secara manusia, seringkali kita ingin sekali supaya Tuhan bertindak sedini mungkin, bahkan sebelum masalah menyampiri kita, Tuhan sudah bertindak. Apabila kita menjadi bangsa israel, kita seringkali ingin Tuhan bertindak di point pertama atau kedua. Mengapa? Pada dasarnya kita tidak suka kesulitan, kita tidak suka masa sukar dalam hidup kita.

Mari kita lihat contoh diatas dengan pertanyaan lain: Diantara tiga contoh diatas, yang disaat manakah kita bisa benar-benar merasakan pertolongan Tuhan? Disaat manakah kita bisa merasakan Tuhan berkuasa, Tuhan kita besar?

Apakah kita bisa melihat pertolongan Tuhan yang sungguh maha kuasa atau kebesaran Tuhan apabila Tuhan bertindak di saat point ke satu? Boro-boro kita bisa melihat pertolongan Tuhan yang sungguh ajaib, kita sendiri saja tidak tau ada masalah. Bagaimana dengan point ke 2? Saya rasa hampir sama, mungkin seperti ketika saudara mendengar teman anda, atau mungkin orang lain sedang mengalami kesulitan finansial, atau sedang mengalami pergumulan pribadi. Hal yang anda tau itu masalah, tapi karena itu orang lain, dan bukan posisi saudara yang sedang terjepit, kemudian seringkali kita tidak ingat Tuhan. Apa yang terjadi dalam hidup kita, kita lebih bersandar pada diri sendiri dan kurang bersandar pada Tuhan. Saya rasa kita semua setuju, kalau pertanyaannya adalah disaat manakah Tuhan makin terlihat begitu berkuasa? Disaat mana kita makin lihat kalau Tuhan begitu hebat? Seringkali di saat-saat kita terjepit dan menghadapi masalah yang sangat sulit, yang membuat kita hampir putus asa, tidak ada jalan lain, namun sungguh ajaib ternyata Tuhan membuka jalan bagi kita. Benar?

Itulah juga yang terjadi kepada bangsa Israel. Tuhan berkata sendiri didalam Keluaran 14:4 bahwa Ia memakai masalah untuk menunjukkan bahwa Ia adalah Tuhan YAHWEH. Bangsa Israel yang menjadi mangsa (prey) dari pasukan Firaun, akhirnya melihat kebesaran Tuhan Allahnya, dan menjadikan bangsa itu takut dan percaya kepada Tuhan (Keluaran 14:30-31). Demikian didalam hidup kita ketika diri kita menjadi “mangsa” (prey) dari masalah yang kita hadapi, biarlah itu tidak membuat diri kita undur, tapi biarlah kita terus berdoa (pray) kepada Tuhan, karena kita tau masalah yang kita hadapi bisa menjadi tempat dimana Tuhan berkarya dalam hidup kita, masalah bisa menjadi tempat dimana kita makin melihat kebesaran Tuhan, sehingga kita makin memuji dan memuliakan Tuhan (praise).

Point selanjutnya yang bisa kita pelajari disini adalah pengalaman bangsa Israel akan pertolongan Tuhan yang nyata dalam hidup mereka, membuat mereka makin mengenal siapa Tuhan mereka. Kita lihat dipasal nya yang ke 15, mereka menyanyi bagi Tuhan, memuji Tuhan, dari pengalaman hidup mereka. The true knowledge about God, should come from our personal relationship to God. Tidaklah salah untuk kita belajar doktrin, dan itu sebenarnya sangatlah penting, namun bila kita berhenti disitu saja, maka ada yang salah dalam hidup kita. Apakah kita tau Tuhan berdaulat, Allah Tritunggal, Tuhan yang adil namun kasih, dan mungkin berbagai macam sebutan Tuhan kita ucapkan dalam doa kita, apakah itu semua keluar dari pengetahuan kita dari seminar-seminar teologi? Dari katekisasi? Ataukah itu keluar sebenernya juga dari pengalaman pribadi kita dengan Tuhan kita? Namun sebaliknya bukan berarti kita mengabaikan segala pembelajaran Firman Tuhan. Karena bagaimanapun juga iman kita timbul dari pendengaran, dan pendengaran akan Firman Tuhan. Seperti juga bangsa Israel saat itu, saya yakin memiliki relasi dengan Tuhan mereka, karena ada seorang nabi atau seseorang yang Tuhan tunjuk untuk memimpin mereka, yang Tuhan tunjuk untuk mengajar mereka yaitu Musa. Biarlah kita mengenal Tuhan bukan hanya dari pengetahuan kognitif namun juga personal experience kita.


Soli Deo Gloria,
~ PoL


(Ditulis ulang berupa renungan dari kotbah Pdt. Yohan Candawasana)

Comments