The Majesty of God

Kata “Majesty” berasal dari kata latin “Magnus” yang berarti greatness. Ketika kita mengatakan kata “majesty” kepada seseorang maka kita mengakui “kebesaran” orang tersebut dan menunjukkan rasa hormat terhadap orang tersebut sama seperti sebutan ratu di inggris sering disebut dengan kata “Her Majesty”, atau raja dengan kata “My Majesty”. Kata Majesty pun juga disebut didalam Alkitab untuk menyebut kebesaran Tuhan didalam Mazmur 93. Allah YAHWEH adalah Tuhan yang besar, The Majesty God, dan kata “majesty” ketika diberikan kepada Tuhan, selalu berkaitan dengan kebesaranNya dan ajakan bagi kita untuk menyembah Dia seperti yang ditulis didalam Mazmur 48:1 “Great is the LORD, and most worthy of praise..”. Pengetahuan akan kebesaran Tuhan, itulah yang membuat kita percaya seluruhnya kepada Tuhan, dan membuat kita terus menerus menyembah dan mengagungkan Tuhan kita. Allah YAHWEH adalah Tuhan kita yang mahakuasa, namun pikiran kita yang seringkali membuat seakan-akan Tuhan kita kecil, tidak maha kuasa.

Tuhan adalah pencipta alam semesta, yang membuat suatu keteraturan dari sesuatu yang kacau (chaos), yang membuat sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada, yang membuat kehidupan melalui firmanNya, membuat Adam (manusia pertama) dari debu yang dihembuskan nafas kehidupan, dan Hawa (wanita pertama) dari tulang rusuk Adam (ref: Kejadian 1-2). Tuhan juga adalah Tuhan yang mampu mengutuk tanah, yang mampu mematikan mahluk ciptaanNya (ref: Kejadian 3), Dia yang mendatangkan banjir besar dibumi yang memusnahkan segala mahluk hidup namun yang menyelamatkan mahluk yang berada didalam bahtera yg ditunjukNya (ref: Kejadian 6-8). Tuhan yang mengacaukan bahasa manusia, dan menyerakkan manusia dari Babel (ref: Kej 11), Dia yang menghancurkan Sodom dan Gomorah (ref: Kej 19). Tuhan yang juga adalah hakim seluruh dunia (ref: Kej 18), Tuhan yang selalu hadir dimanapun kita berada, dan yang melihat setiap hal dalam hidup ini (ref: pembunuhan oleh Kain – Kej 4:9). Tuhan adalah the omnipotence God, Tuhan yang berdaulat, Tuhan yang mampu melakukan segala hal yang Ia kehendaki. Sarah tertawa ketika Tuhan berkata bahwa ia akan melahirkan seorang anak laki-laki. Namun Tuhan berkata: "Mengapakah Sara tertawa dan berkata: Sungguhkah aku akan melahirkan anak, sedangkan aku telah tua? Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN? Pada waktu yang telah ditetapkan itu, tahun depan, Aku akan kembali mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara mempunyai seorang anak laki-laki." (ref: Kejadian 18). Tidak ada yang Tuhan tidak bisa lakukan kecuali melakukan sesuatu yang berlawanan dengan naturNya sendiri (hal logis).

Ketika kita mengetahui kebesaran Tuhan, namun ironisnya seringkali dalam kehidupan sehari-hari kita, kita sulit untuk melihat kebesaran Tuhan. Entah ketika kita sedang mengalami masalah yang sangat berat ataupun ketika kita sedang berada dalam keadaan yang sangat “tinggi”, tidak kekurangan, semua terlihat lancar dan berhasil kita raih, kita mulai tidak melihat Tuhan kita dan melihat diri sendiri yang mampu melakukan semuanya. Kita lupa siapa Tuhan kita? Kita lupa kebesaran Tuhan kita yang omnipresent (Tuhan maha hadir), omniscient (Tuhan maha tahu), dan omnipotent (Tuhan maha kuasa / mampu melakukan apa saja). Bagaimana kita bisa melihat kebesaran Tuhan dalam momen-moment dalam hidup kita?

Mazmur 139 mengatakan dimanapun kita berada, Tuhan hadir dan melihat kita, kita bisa bersembunyi atau mengecoh teman kita, namun tidak dengan Tuhan. Tuhan adalah Tuhan yang menyelidik hati kita. The all-seing God is also God almighty. Dan daripada itu semua diayat ke 14, pemazmur hanya bisa memuji dan memuliakan Tuhan. Inilah hal pertama yang kita harus ingat, yaitu untuk menghilangkan dari pikiran kita segala hal yang melimit akan kebesaran Tuhan didalam pikiran kita. Kita seringkali terlalu terfokus akan masalah dan problema hidup yang kita hadapi, sehingga kita melimitasi kebesaran Tuhan didalam pikiran kita. Percayalah selalu akan kebesaran Tuhan, termasuk juga didalam kebijaksanaan Tuhan kita yang tiada batasnya. Percayalah kebesaran Tuhan dalam segala hal termasuk akan kesulitan yang kita hadapi sekalipun ketika kita takut akan Tuhan, itu pun ada didalam rancangan Tuhan, dan rancangan dan jalan Tuhan jauh melebihi , jauh lebih tinggi dari rancangan dan jalan kita (Yesaya 55:8-9).

Hal kedua yang kita bisa lakukan untuk selalu melihat betapa besarnya Tuhan kita adalah dengan kita membandingkan dengan apa saja yang kita bandingkan. Yesaya 40 membandingkan Tuhan kita dengan berbagai macam. Siapa yang dapat menakar air laut dengan lekuk tangannya? Siapa yang mampu mengukur langit dengan jengkal? Siapa yang mampu menjadi penasihat Tuhan? Bagi Tuhan, bangsa-bangsa adalah seperti setitik air, dan pulau-pulau seperti abu halus beratnya bagi Tuhan. Siapa yang menciptakan alam semesta? Kalau itu semua begitu kecil bagi Tuhan bagaimana dengan mengatur manusia? Persoalan yang kita hadapi? Tidak ada yang bisa menandingi Tuhan kita, tidak ada yang tertutup bagi Tuhan, dan Tuhan adalah Tuhan yang senantiasa memperhatikan umatNya, Dia adalah Tuhan yang tidak pernah terlelap.

Balik kepada kata majesty diatas, kata majesty membutuhkan suatu acknowledgement. Setelah kita mengetahui kebesaran Tuhan, apakah kita berhenti disitu saja hanya sebagai pengetahuan kita? Betapa bodohnya kita, ketika kita tidak mengganggap Tuhan kita ketika kita mengetahui Tuhan adalah Tuhan yang menyelidik hati, dan Tuhan yang maha kuasa. Sudah selayaknya ketika mengetahui kebesaran Tuhan kita, didalam hidup kita senantiasa mengakui keberadaan Tuhan bukan dari perkataan saja namun dalam totalitas hidup kita, yaitu untuk memuliakan Tuhan. To know the true and living God in order to acknowledge the true and living God. To acknowledge the true and living God in order to Worship and Glorify Him.

Sebagai penutup ada sebuah cerita yang saya ingin bagikan:

Gret Schill adalah seorang pemain circus yang sangat ahli, bukan hanya terkenal di tempat kota kecil tempat ia dilahirkan, Luebeck, Germany, namun namanya terkenal di seluruh Eropa. Dari antara semua pertunjukannya, permainan yang sangat disukainya adalah permainan bermain diatas tali, entah itu melompat diatas tali, bahkan bersepeda diatas tali. Ia sudah begitu banyak mendapat kepercayaan penonton akan keahliannya. Suatu hari Gret menciptakan suatu permainan baru yang jauh lebih berbahaya dari sebelum-sebelumnya. Ia mengadakan sebuah pertunjukan dengan dihadiri oleh kira-kira 3000 orang penonton, dan di sebelum dia memulai pertunjukannya dia menerangkan apa yang ia akan lakukan: “Kalian lihat bahwa kita sudah tidak dapat berjalan lagi kearah sana, karena didepan kita terdapat jurang sepanjang 1.1km yang memisahkan tempat kita berdiri dengan tempat disana. Namun kalian juga melihat sebuah tali yang menghubungkan tempat ini dengan tempat disana. Tali tersebut adalah tali yang sama, yang saya sering pakai didalam pertunjukan saya, hanya saja lebih panjang. Saya akan berjalan dari sini ke sana dengan mata tertutup dengan kain yang tebal. Apakah kalian semua percaya saya mampu melakukannya?” spontan semua penonton berteriak “Ya! Kami percaya!” Penonton berpikir Gret pasti bisa, karena pertunjukan yang sama pun sudah pernah dilakukan meski tidak melewati jurang dan panjangnya mungkin hanya ¼ nya. Gret berkata kembali “Saya sudah berlatih bukan hanya melewati dengan mata tertutup, namun saya mampu membawa seorang dari anda untuk saya gendong ikut bersama saya. Saya sudah berhasil berkali-kali. Apakah kalian masih percaya?” Sebagian dari penonton terdiam, namun sebagian besar masih berteriak “Ya! Kami percaya!” Gret berkata “Bagi kalian yang percaya, saya butuh 1 orang sukarelawan untuk saya gendong. Saya persilahkan maju kedepan.” Namun tidak ada seorang pun yang mau maju, sampai 15 menit kemudian seorang anak kecil bernama Fidelius menghampirinya dan naik diatas pundaknya dan Gret berhasil membawa anak tersebut keseberang. Fidelius adalah anak dari Gret Schill yang setiap hari berlatih dengannya.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita setelah mengetahui “Gret Schill (Great Skill)” seorang yang sangat ahli diatas kita akan hanya percaya melalui perkataan seperti penonton diatas? Apakah setelah kita mengetahui kebesaran dan keagungan Allah YAHWEH kita hanya percaya sebatas pengetahuan dan perkataan saja namun didalam hidup kita, kita tidak mau berserah sepenuhnya terhadap Dia Tuhan kita? Ataukah kita mau menjadi seperti “Fidelius (Fide – iman)” yang percaya dan berserah sepenuhnya kepada the “Gret Schill” ? apakah kita yang disebut anak-anak Tuhan mau bersandar sepenuhnya, mengakui kebesaran Tuhan didalam totalitas hidup kita?

~ PoL

Comments

Tolush said…
Hi…



Ada info penting banget nih.. Tahun ini Jawaban.Com kembali mengadakan event gede-gedean untuk Para Bloger Kristen, yaitu Christian Indonesian Blogger Festival 2009 (CIBfest 2009). CIBfest kali ini bertema "Menjadi Jawaban Melalui Kreativitas Yang Berdampak". Ada hadiah berupa uang tunai Rp. 15 Juta Rupiah untuk 3 orang pemenang.Pastikan kamu ikutan juga Writing Competitionnya, siapa tahu hasil tulisan kamu terpilih untuk dibukukan! Yupz, Jawaban.Com bekerjasama dengan PT. Elex Media Komputindo akan menerbitkan buku kumpulan karya finalis CIBfest. Kamu ingin ikut terlibat dalam event ini? Caranya gampang dan Gratis!!! Ayo buruan daftar!! Pendaftaran terakhir tgl 30 Agustus 2009 loh.. Jadi log on langsung ke www.cibfest.jawaban.com



Di tunggu yaaa….. God Bless…