Adoption: The Highest Priviledge

3:1 Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia.
3:2 Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.
3:3 Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci.

Siapakah yang disebut orang kristen yang sejati? J.I Packer menjawab bahwa orang kristen yang sejati adalah dia yang memiliki Allah sebagai Bapanya. Bapa, adalah panggilan yang intim kepada Allah bukan untuk semua orang, namun hanya terhada umatNya (sebagian orang). Perjanjian Lama mencatat hal ini didalam Keluaran 4:22-23 “Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung; sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah anak-Ku itu pergi...". Di dalam Perjanjian Baru (Galatia 4:26-29), Allah pun disebut sebagai Bapa didalam kata yang lebih general namun tetap kita melihat hubungan ini hanya untuk sebagian orang yaitu mereka yang disebut sebagai “keturunan Abraham” (didalam pengertian secara rohani) yaitu mereka yang memiliki iman didalam Yesus Kristus.

Panggilan Bapa, berarti Allah mengangkat kita sebagai anak-anakNya (adoption), dan ini merupakan suatu anugerah. Mengapa? Allah adalah suci, dan banyak dicatat didalam PL bahwa karena begitu kudusnya Tuhan, sehingga manusia harus sujud, tidak bisa mendekat karena kita yang begitu najis akan hangus dihadapan Tuhan. Namun Tuhan yang begitu suci, boleh kita sebut sebagai Bapa yang adalah nama perjanjianNya kepada umatNya. Didalam PB, melalui Kristus kita memperoleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan (Efesus 3:22). Bila kita ada didalam Kristus, maka kita memiliki suatu hubungan yang baru. Allah menjadi Bapa yang pengasih, dimana Ia mengasihi Kristus sebagai anakNya yang sulung, demikian juga Ia mengasihi kita sebagai anak-anakNya.

Suatu anugerah ketika kita menyadari diri kita yang adalah pendosa ini Tuhan ampuni dan dibenarkan / diterima. Namun merupakan suatu anugerah juga bila kita yang jahat, najis, dan tidak layak ini bukan hanya dibenarkan dihadapan Tuhan, namun kita mendapat suatu hak yang lebih yaitu kita diangkat menjadi anak-anakNya. Ada suatu perbedaan didalam posisi kita sebagai hamba, dengan posisi kita sebagai seorang sahabat; dan posisi kita sebagai hamba menjadi sebagai anak.

Bandingkan kedua ayat berikut:
Yohanes 15:15 - Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.
Galatia 4:7 - Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.

Kita sebagai anak-anak Allah menunjukkan suatu intimasi yang sangat dalam dibanding dengan hubungan kita sebagai hamba dengan Allah sebagai Tuhan (Tuan) kita.

Ketika kita diangkat menjadi anak-anak Allah berarti kita berada didalam keluarga Allah, dimana Kristus menjadi yang sulung. Ketika Allah Bapa mengasihi Kristus, Ia pun mengasihi kita. Menjadi keluarga Allah, berarti kita melihat konsep keluarga jauh melampaui keluarga kita yang kita miliki didunia ini. Keluarga kita seharusnya adalah keluarga Allah, sebagaimana Allah Bapa mengasihi anak-anakNya, demikian kita harus mengasihi sesama anggota keluarga Allah.

Ketika kita didalam keluarga Allah, dan Allah menjadi Bapa kita berarti Dia memiliki kuasa (authority) sebagai Bapa, dan kita sebagai anak adalah selayaknya taat kepada Bapa kita, karena Dia adalah Bapa yang mendidik kita didalam kasihNya yang sempurna. Mungkin banyak dari kita yang memiliki hubungan yang tidak baik dengan bapa kita didunia ini, entah karena berbagai macam situasi, kondisi dan alasan, namun disitu justru menunjukkan ada sesuatu yang jauh lebih sempurna. Kita bisa menilai sesuatu yang jelek, yang tidak baik, karena kita mengerti dan mengetahui suatu konsep yang baik, yang sempurna, dan itulah Bapa kita yang disorga. Dia adalah Allah yang juga adalah Bapa kita yang mengerti kita dan ia selalu mencukupkan dan mendidik kita dengan kasihNya. Seperti didalam perumpamaan anak yang hilang, kita hanya akan selalu berkata: “Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa” (Lukas 15:18). Namun Bapa kita yang disorga dengan kasihNya yang tak terputus menerima kita sebagai anak-anakNya. Kita diangkat bukan karena sesuatu yang baik didalam diri kita, bukan karena kemampuan atau karakter kita, namun semata-mata adalah pilihan Tuhan. Tuhan tidak memiliki suatu tanggung jawab untuk memilih kita, namun ia mau mengangkat kita yang dahulu bersalah dimataNya, sehingga kita diampuniNya, ditebusNya, dan diangkatNya menjadi anak-anakNya. Kita diangkat menjadi anak menunjukkan betapa besarnya kasih Allah pada kita. Inilah sebab Yohanes berteriak mengatakan: “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah...” (1 Yohanes 3:1).

Bukankah ini suatu pengharapan bagi kita? Kita yang diangkat menjadi anak-anak Allah kita menjadi ahli waris kerajaan Allah. Ketika kita menjadi anak-anak Allah berarti kita menjadi ahli waris bersama dengan Kristus. “Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. (Roma 8:16)”. Hidup kita adalah hidup mencontoh Kristus sebagai guru dan juga yang ter-sulung diantara kita, kita menderita namun juga kelak dipermuliakan bersama dengan Dia, inilah sebab kita diangkat menjadi anak menjadi suatu pengharapan yang pasti.

Kita sebagai anak-anak Allah berarti kita dituntut untuk hidup kudus, sebagaimana Bapa kita yang disorga adalah kudus. Anak berusaha untuk hidup mengikuti orang tuanya, demikian kita pun hidup makin hari makin mengikuti apa yang Bapa kita disorga suka. Oleh karena itu sebagai Bapa, Ia mendidik kita seperti tertulis dalam Ibrani 12:6 – “karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."; Ibrani 12:11 – “Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.” Dan hanya orang-orang yang menerima didikanNya lah mereka yang mengerti dengan benar suatu ayat dari Roma 8:28 – “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

Ketika kita melihat Tuhan yang menerima dan mengangkat kita sebagai anak-anakNya, apa dampaknya? Apakah kita mengetahui identitas kita? Tujuan hidup kita? J.I Packer mengucapkan suatu kalimat yang sangat bagus: “I am a child of God. God is my Father; Heaven is my home; everyday is one day nearer. My Savior is my brother; every Christian is my brother too.” Bagaimana dengan diri kita? Biarlah kita menghayati arti kita diangkat sebagai anak-anak Tuhan (children of God). Apakah itu sesuatu yang kita hargai? Apakah kita melihat Allah kita sebagai Bapa kita yang disorga dimana kita menghargaiNya, mengasihiNya, mau taat padaNya? Apakah kita belajar tidak melakukan hal-hal yang Bapa disorga tidak sukai? Apakah kita melihat Kristus sebagai Tuhan, juruselamat, dan yang sulung yang bukan hanya memiliki kuasa didalam hidup kita namun juga memiliki simpati, dan mengerti kita? Apakah setiap hari kita merindukan persekutuan dengan Bapa di sorga dan dengan saudara seiman? Apakah kita mengasihi saudara seiman sebagai keluarga Allah? Apakah kita bangga menjadi anggota keluarga Allah? Dan terutama apakah ciri keluarga Allah muncul didalam kehidupan kita setiap harinya?

Oh betapa besarnya kasih Allah, sehingga Ia melalui Roh Kudus mengajar kita, mendidik kita, dan menyadarkan kita bahwa kita adalah anggota keluarga Allah sebagai anak-anakNya.

~ PoL

Comments