Exodus 4: God teaches those He plan to use

Secara garis besar, keluaran 4 menunjukkan siapakah Allah Israel? Bagaimanakah kekuatannya / kuasanNya? Semua ini ditunjukkan sebagai kontras dengan konteks Mesir yang memiliki banyak dewa, dan bangsa Israel yang dianggap Musa akan mempertanyakan siapakah Tuhan dari Musa? Tuhan menunjukkan kuasaNya melalui mujizat-mujizat.

4:1 Lalu sahut Musa: "Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?"

Bila kita mengingat apa yang dicatat dalam Keluaran 3:18, kita melihat Tuhan berkata bahwa bangsa Israel akan mendengarkan perkataan Musa. Namun disini kita melihat Musa yang meragukan perkataan Tuhan. Hal ini mungkin terjadi karena pengalaman buruk masa lalu dimana Musa ditolak oleh bangsanya sendiri (Keluaran 2:14). Pengalaman masa lalu, pengalaman pribadi kita seringkali lebih dominan dibanding segala firman Tuhan. Pengalaman seringkali membentuk pola pikir kita dan bahkan secara ekstrim mungkin memfilter Firman Tuhan. Kita tidak bisa bersandar akan pengalaman pribadi, karena pengalaman meskipun terlihat meyakinkan belum tentu menjadi kebenaran.

4:2 TUHAN berfirman kepadanya: "Apakah yang di tanganmu itu?" Jawab Musa: "Tongkat."
4:3 Firman TUHAN: "Lemparkanlah itu ke tanah." Dan ketika dilemparkannya ke tanah, maka tongkat itu menjadi ular, sehingga Musa lari meninggalkannya.

Sebuah tongkat biasa, namun ketika dilempar menjadi ular. Tuhan mau menunjukkan bahwa Ia adalah Allah yang mampu mengubah benda mati yang adalah tongkat biasa menjadi mahluk hidup. Kuasa Tuhan membuat sesuatu yang mustahil menjadi mungkin. Musa yang adalah seorang gembala yang semestinya adalah sesuatu yang biasa bertemu dengan ular, namun disini kita melihat musa lari ketakutan. Kuasa Tuhan membuat Musa pun terkejut, sesuatu mujizat yang membuat Musa lari, yang membuat Musa sadar bahwa apa yang dilihatnya bukanlah suatu yang biasa, sesuatu yang bisa terjadi karena ada Allah yang berkuasa.

4:4 Tetapi firman TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu dan peganglah ekornya" --Musa mengulurkan tangannya, ditangkapnya ular itu, lalu menjadi tongkat di tangannya

Musa menunjukkan ketaatannya kepada perintah Tuhan. Mengingat di ayat sebelumnya dimana musa lari, bisa saja disini ia menolak apa yang Tuhan katakan. Anehnya Tuhan menyuruh musa untuk memegang ular tersebut pada ekornya, bukan kepalanya. Memegang ekor ular sangatlah berbahaya, namun Musa taat, dan seketika ular kembali menjadi tongkat. Apa yang Tuhan kehendaki pasti terjadi, bila Tuhan mengkehendaki ular yang mungkin menyeramkan menjadi tongkat maka itu bukanlah suatu persoalan yang besar bagi Tuhan. Tuhan sebenarnya tidak perlu sampai Musa memegang ekornya, Tuhan bisa saja membuat ular itu kembali dengan sendirinya. Seringkali inilah yang Tuhan lakukan juga dalam hidup kita, Tuhan mau kita taat, seringkali perintah Tuhan terlihat sulit atau bahkan mustahil, namun Tuhan menginginkan ketaatan kita dan percaya bahwa kehendak Tuhan pasti terjadi.

4:5 --"supaya mereka percaya, bahwa TUHAN, Allah nenek moyang mereka, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub telah menampakkan diri kepadamu."

Tuhan menunjukkan kuasanya melalui mujizat, supaya mereka percaya. Mujizat memiliki daya pengaruh yang besar, dan disini seperti yang ditulis didalam 1 Korintus 14:22 bahwa Mujizat adalah tanda bagi orang yang tidak percaya. Beriman seperti yang ditulis didalam Ibrani 11:1 berarti kita percaya meskipun tidak melihat, sehingga orang yang beriman sebenarnya tidak memerlukan mujizat, karena mereka percaya kepada Tuhan pencipta alam semesta.

4:6 Lagi firman TUHAN kepadanya: "Masukkanlah tanganmu ke dalam bajumu." Dimasukkannya tangannya ke dalam bajunya, dan setelah ditariknya ke luar, maka tangannya kena kusta, putih seperti salju.
4:7 Sesudah itu firman-Nya: "Masukkanlah tanganmu kembali ke dalam bajumu." Musa memasukkan tangannya kembali ke dalam bajunya dan setelah ditariknya ke luar, maka tangan itu pulih kembali seperti seluruh badannya.

Kusta adalah lambang kutuk pada saat itu, orang yang terkena kusta bisa dianggap seperti orang mati. Orang tersebut akan dikucilkan dan tidak dianggap lagi. Mujizat kedua yang ditunjukkan Tuhan adalah membuat tangan Musa terkena kusta. Tuhan mau menunjukkan bukan Musa yang melakukan mujizat, namun Tuhan lah yang melakukan ini. Bila mujizat tongkat menjadi ular, bisa terlihat seakan-akan Musa yang melakukannya, namun mujizat kedua ini ditunjukkan supaya hanya Tuhanlah yang dipermuliakan.

4:8 "Jika mereka tidak percaya kepadamu dan tidak mengindahkan tanda mujizat yang pertama, maka mereka akan percaya kepada tanda mujizat yang kedua.
4:9 Dan jika mereka tidak juga percaya kepada kedua tanda mujizat ini dan tidak mendengarkan perkataanmu, maka engkau harus mengambil air dari sungai Nil dan harus kaucurahkan di tanah yang kering, lalu air yang kauambil itu akan menjadi darah di tanah yang kering itu."

Disini sekali lagi kita melihat bahwa Mujizat adalah suatu tanda akan kuasa Tuhan. Musa disuruh untuk melakukan mujizat, namun mujizat bukanlah yang membuat seseorang untuk percaya. Orang percaya karena anugerah Tuhan melalui Firman-Nya. Bila kita lompat ke ayat 31 nanti, maka kita melihat Tuhan adalah Tuhan yang menetapkan akhirnya (yaitu membuat bangsa Israel percaya), dan Tuhan yang telah menetapkan akhir, Dia juga lah yang telah menetapkan cara / jalan tersebut.

4:10 Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah."

Musa memang adalah seorang yang penuh hikmat, mungkin dia adalah seorang filusuf yang hebat, punya pikiran-pikiran yang dalam, punya pertimbangan yang matang sehingga bisa menilai yang benar (lihat Keluaran 2), bahkan ia adalah seorang yang punya hikmat didalam segala perkataan dan perbuatan, ia mengetahui cara bicara selayaknya seorang pangeran (lihat Kis 7:22), namun ia tidak pandai bicara. Didalam terjemahan inggris dikatakan: “Moses was mighty in word (Acts 7:22), and yet not eloquent (Exo 4:10)”. Musa takut, dia takut untuk melakukan perkara yang besar ini didepan para pembesar Mesir, dan terlebih kepada Firaun. Musa tidak siap, dan dia takut bahaya akan menimpanya nanti, bila dia harus datang ke Mesir melakukan apa yang Tuhan katakan. Musa secara tidak langsung tidak percaya pada Tuhan. Demikian dalam hidup kita sehari-hari seringkali problema, kekuatiran hidup terlihat lebih besar dibanding dengan Allah yang seharusnya jauh lebih besar dari itu semua. Ketika hidup kita berpusat kepada segala problema, maka problema itu menjadikan hidup kita memiliki problema yang sebenarnya yaitu kita tidak melihat kepada Tuhan lagi. (Focus to the Problem instead of to God makes us living in real PROBLEM – what’s the problem BECOME what’s wrong??)

4:11 Tetapi TUHAN berfirman kepadanya: "Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN?
4:12 Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan."

Musa tahu bahwa Tuhan lah yang menciptakan manusia, namun disini Musa perlu diingatkan kembali bahwa Tuhan juga lah yang membuat lidah manusia. Tuhan ingin menyadarkan Musa bahwa penting sekali memiliki mata yang bisa melihat dan mengerti Tuhan sang pencipta, karena dengan kita mampu melihat siapakah Tuhan kita maka itu menjadi kekuatan didalam kita menghadapi segala masalah. Kesempurnaan fisik yang kita miliki adalah pekerjaan Tuhan, dan Tuhan pun mengatakan bahkan orang buta, bisu dan tuli pun Tuhan yang menentukan. Tuhan yang mencipta, Tuhan yang memampukan juga, termasuk juga Tuhanlah yang berkuasa membuka atau pun menutup mata hati Firaun. Adakah kejahatan atau kuasa kegelapan sekalipun dimana Tuhan tidak berkuasa? Inilah yang Tuhan ingin sampaikan kepada Musa. Semua bisa terjadi bagi kemuliaan-Nya saja. Firaun dan bangsa Mesir Tuhan buat buta dan tuli secara rohani, namun ini pun Tuhan atur sehingga Ia dipermuliakan.

Kedua, Tuhan memberikan kepastian dan jaminan bahwa Dia sendirilah yang akan menyertai lidah Musa. Ke-tidak sempurnaan Musa didalam bicara pun, akan Tuhan sertai, Tuhan akan mampukan sehingga melalui kelemahan Musa (kelemahan kita) hanya nama Tuhan dipermuliakan. Orang mungkin pandai berpidato, tapi ia tidak akan mampu membuat orang bertobat bila bukan Tuhan yang memampukan. Namun orang yang sulit bicara sekalipun, akan Tuhan pakai menjadi berkat bagi banyak orang (contoh: John Calvin). Apabila Allah memanggil kita untuk suatu tugas, Ia akan menyediakan semua sarana dan kesanggupan untuk menunaikan tugas itu

Ketiga, disini kita belajar bahwa tidak ada kata untuk bilang “tidak” bila Tuhan mau kita menjalankan kehendakNya, sebab Tuhan yang mengetahui kelemahan kita.
(There is no excuse to say NO when HE wants to use us as HIS tool, because HE knows our weaknesses.)

4:13 Tetapi Musa berkata: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus."

Setelah Tuhan, memberikan semua jawaban kepada Musa. Musa hanya bisa berkata bahwa dia tidak mau. Musa tidak mau diutus, dia tidak taat kepada Tuhan, Musa menolak panggilan Tuhan.

4:14 Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Musa dan Ia berfirman: "Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu, kakakmu? Aku tahu, bahwa ia pandai bicara; lagipula ia telah berangkat menjumpai engkau, dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya.

Tuhan tidak marah ketika Musa mempertanyakan siapa dirinya (Kel 3:11), Tuhan tidak marah ketika Musa mempertanyakan siapakah yang mengirim dirinya (Kel 3: 13), Tuhan tidak marah Musa tidak mempercayai apa yang Tuhan katakan (Kel 4:1), Tuhan tidak marah ketika Musa menganggap dirinya tidak pandai bicara (Kel 4:10), namun Tuhan murka ketika Musa menolak panggilan Tuhan. Hidup yang berkenan pada Tuhan adalah apabila kita taat kepada kehendak Tuhan.

Tuhan marah, sehingga Musa kehilangan hak istimewa (priviledge) untuk dipakai Tuhan didalam menyampaikan Firman-Nya. Ketika seseorang menolak panggilan Tuhan, itu tidak menyebabkan rencana Tuhan gagal, Tuhan bisa memakai orang lain untuk menjalankan rencanaNya.

4:15 Maka engkau harus berbicara kepadanya dan menaruh perkataan itu ke dalam mulutnya; Aku akan menyertai lidahmu dan lidahnya dan mengajarkan kepada kamu apa yang harus kamu lakukan.
4:16 Ia harus berbicara bagimu kepada bangsa itu, dengan demikian ia akan menjadi penyambung lidahmu dan engkau akan menjadi seperti Allah baginya.
4:17 Dan bawalah tongkat ini di tanganmu, yang harus kaupakai untuk membuat tanda-tanda mujizat."

Didalam kemarahan Tuhan, kita melihat tetap ada kemurahan, kasih Nya yang panjang sabar, menunjukkan Tuhan yang setia kepada umatNya. Tuhan mendidik Musa dengan sabar, dan Ia adalah Tuhan yang menyertai orang yang Tuhan mau pakai.

Musa dipakai Tuhan sebagai “tuhan” bagi Harun untuk menaruh segala perkataan Tuhan kepadanya untuk disampaikan pada Firaun. Harun adalah seorang yang pandai bicara (ayat 14) namun, sekali lagi kita lihat meski seseorang pandai bicara sekalipun perlu Tuhan yang menyertai lidahnya baru perkataannya memiliki kuasa.
Disini pun kita belajar bahwa yang TUHAN cari bukan yg mampu tapi yg MAU.

4:18 Lalu Musa kembali kepada mertuanya Yitro serta berkata kepadanya: "Izinkanlah kiranya aku kembali kepada saudara-saudaraku, yang ada di Mesir, untuk melihat apakah mereka masih hidup." Yitro berkata kepada Musa: "Pergilah dengan selamat."
4:19 Adapun TUHAN sudah berfirman kepada Musa di Midian: "Kembalilah ke Mesir, sebab semua orang yang ingin mencabut nyawamu telah mati."
4:20 Kemudian Musa mengajak isteri dan anak-anaknya lelaki, lalu menaikkan mereka ke atas keledai dan ia kembali ke tanah Mesir; dan tongkat Allah itu dipegangnya di tangannya.
4:21 Firman TUHAN kepada Musa: "Pada waktu engkau hendak kembali ini ke Mesir, ingatlah, supaya segala mujizat yang telah Kuserahkan ke dalam tanganmu, kauperbuat di depan Firaun. Tetapi Aku akan mengeraskan hatinya, sehingga ia tidak membiarkan bangsa itu pergi.

Musa yang telah menerima panggilan Tuhan, dia masih menunjukkan rasa hormatnya kepada Yitro. Ketika kita melakukan apa yang Tuhan mau, bukan berarti kita tidak mempedulikan orang lain, atau melupakan tanggung jawab kita terhadap orang lain.

Dalam ayat 19, Tuhan menunjukkan pimpinanNya pada Musa, Tuhan memberikan suatu kepastian (assurance) dan kedamaian (comfort) untuk Musa.

Ayat 21, kita melihat perintah Tuhan kepada Musa. Mungkin kita berpikir mengapa Tuhan menyuruh Musa melakukan perintah Tuhan untuk mengeluarkan Israel, namun seakan-akan disini Tuhan menutup jalanNya sendiri. Tuhan mengeraskan hati Firaun. Kembali kita melihat ayat 11 diatas, Tuhanlah yang menutup mata hati Firaun, agar ia tidak bisa “melihat”. Namun ditengah-tengah hal yang seakan-akan menjadi kesulitan, bila kita melihat dengan jeli maka sebenarnya ini merupakan suatu penghiburan, kekuatan (encouragement), dan penyertaan Tuhan kepada Musa. Tuhan memberi tahu Musa terlebih dahulu apa yang akan terjadi didepan, ini merupakan penyertaan Tuhan. Coba kita pikir bila Tuhan tidak mengatakan hal tersebut, maka itu mungkin akan menjadi sesuatu yang mengagetkan Musa. Demikian dalam hidup kita, Firman Tuhan mengatakan, hidup mengikut Kristus akan memiliki banyak tantangan, namun itu semua Tuhan sudah atur bagi kemuliaanNya, dan rencana Tuhan tidak akan pernah gagal.

4:22 Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung;
4:23 sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku; tetapi jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung."

Janji Tuhan bahwa Tuhan akan mengajar Musa apa yang harus dikatakan (ayat 12), digenapi dalam ayat 22 ini. Tuhanlah yang menaruh perkataan dan hikmat dalam diri Musa, dan dalam diri kita untuk berkata-kata bukan karena kemampuan kita. Kedua, Tuhan ingin menunjukkan siapakah Israel bagi Tuhan, apakah Israel adalah seorang budak? Hamba Firaun? Tidak, Israel adalah “anak-Ku yang sulung”; suatu hubungan yang khusus dengan Allah. Firaun tidak berhak mengekang Israel, karena Tuhan telah memberikan perjanjian kepada Abraham, bahwa Allah YHWH akan menjadi Tuhan Israel (Biarkanlah anak-Ku pergi sehingga ia beribadah kepada-Ku). Tuhan mau Israel kembali kepadaNya dari perbudakan Mesir, dari dosa-dosa israel yang menyembah kepada ilah-ilah.

Kata Israel sebagai anak-Ku yang sulung didalam artian yang sempit, Allah menyatakan keturunan Daud selaku anak-Nya (2Sam 7:14; Mazm 2:7), dan kemudian lagi, dalam penyempitan selanjutnya, Ia menyatakan Yesus sebagai Anak-Nya -- yang sulung (Luk 1:35; 3:22; Ibr 1:5-13).

Tuhan mengancam Firaun bila ia menolak, maka Tuhan akan membunuh anak Firaun yang sulung. Disini menunjukkan keseriusan Tuhan, kepastian Tuhan menghukum orang yang menolakNya, yang menganiaya umatNya.

4:24 Tetapi di tengah jalan, di suatu tempat bermalam, TUHAN bertemu dengan Musa dan berikhtiar untuk membunuhnya.
4:25 Lalu Zipora mengambil pisau batu, dipotongnya kulit khatan anaknya, kemudian disentuhnya dengan kulit itu kaki Musa sambil berkata: "Sesungguhnya engkau pengantin darah bagiku."
4:26 Lalu TUHAN membiarkan Musa. "Pengantin darah," kata Zipora waktu itu, karena mengingat sunat itu.

Disini dikatakan bahwa Tuhan bermaksud untuk membunuh Musa. Banyak penafsir yang mencoba menjelaskan bagian yang sulit ini mengapa Tuhan marah kepada Musa. Sebagian banyak penafsir mencoba menjelaskan bagian ini bahwa Musa terlalu terlena kepada istrinya Ziporah (dari Midian) sehingga ia tidak melakukan sunat kepada anaknya. Sebagian menjelaskan karena istrinya yang membujuk Musa untuk tidak melakukan itu, ada yang mengatakan Musa lupa karena perhatiannya kepada istrinya yang berlebihan. Musa salah karena ia terlalu mengasihi istrinya lebih dari ia mengasihi Tuhan. Disini kita belajar dan memperhatikan bahwa hubungan kita dengan manusia tidak boleh melebihi hubungan kita dengan Tuhan, karena ketika hubungan kita melebihi kasih kita kepada Tuhan maka itu akan menjadi ilah bagi kita (idolatry). Disisi lain ketika kita mengasihi Tuhan sebagai yang terutama, pasti kita akan mengasihi orang lain. Terlepas dari penafsiran yang boleh kita lihat, yang kita bisa lihat disini adalah bahwa Musa tidak taat kepada Tuhan karena ia melanggar perjanjian Tuhan, yaitu sunat sebagai lambang perjanjian (covenant) Tuhan.

Disini juga tidak dijelaskan mengapa Ziporah yang menyunat anaknya saat itu, dan banyak penafsir menafsirkan bahwa Musa tidak mampu melakukan tanggung jawab tersebut dimungkinkan karena Musa terkena penyakit yang disebabkan Tuhan (dalam ayat 24), sehingga ia lemah tubuhnya, atau mungkin memang secara literal malaikat Tuhan hendak membunuh Musa. Bagian ini tidak dijelaskan dengan jelas, namun Ziporah sadar, takut dan langsung melakukan kewajiban yang Tuhan perintahkan didalam kejadian 17 yaitu menyunatkan anak mereka.

Dan ketika Tuhan melihat bahwa Ziporah telah menyunatkan anak mereka, Tuhan mengingat janjiNya akan sunat. Tuhan memberikan anugerahnya, panjang sabar untuk tidak menghukum Musa. Ketika kita berdosa kepada Tuhan, Tuhan mau agar kita cepat berbalik padaNya.

4:27 Berfirmanlah TUHAN kepada Harun: "Pergilah ke padang gurun menjumpai Musa." Ia pergi dan bertemu dengan dia di gunung Allah, lalu menciumnya.
4:28 Kemudian Musa memberitahukan kepada Harun segala firman TUHAN yang disuruhkan-Nya kepadanya untuk disampaikan dan segala tanda mujizat yang diperintahkan-Nya kepadanya untuk dibuat.
4:29 Lalu pergilah Musa beserta Harun dan mereka mengumpulkan semua tua-tua Israel.

Disini kita melihat penyertaan Tuhan kepada umatNya, dia menyuruh Harun menjumpai Musa, dan Harun taat akan perintah Tuhan. Tuhan memberikan Musa seorang penolong (co-workers) untuk menjalankan misi Tuhan.

4:30 Harun mengucapkan segala firman yang telah diucapkan TUHAN kepada Musa, serta membuat di depan bangsa itu tanda-tanda mujizat itu.
4:31 Lalu percayalah bangsa itu, dan ketika mereka mendengar, bahwa TUHAN telah mengindahkan orang Israel dan telah melihat kesengsaraan mereka, maka berlututlah mereka dan sujud menyembah.

Seperti yang tertulis dalam Kejadian 3:18, apa yang Tuhan katakan terwujud. Bangsa itu percaya dan bersyukur didalam iman dan ketaatan mereka kepada Tuhan. Sekali lagi kita melihat dan ayat ini menegaskan bahwa ini pekerjaan Tuhan. Segala sesuatu adalah dari Tuhan, oleh Tuhan, dan bagi Tuhan segala kemuliaan selama-lamaNya.

~ PoL

Comments