Can you Wield your SWORD?

“Hidup tidaklah selalu mulus” Ini adalah suatu slogan yang sering kita dengar, dan memang kenyataannya seperti itu. Didalam hidup kita sebagai orang Kristen, kita sering menghadapi banyak problema hidup, yang membuat kita bergumul dihadapan Tuhan. John Piper mengatakan bahwa “Everyday with Jesus is not sweeter than the day before”. Suatu hari kita berasa nyaman, namun di hari lain hati kita benar-benar tersobek seperti beling yang menggores kulit kita, kita mungkin berasa seperti tidak ada seorangpun didunia ini yang peduli, atau bahkan kita merasa tertekan dan tidak tahu lagi apa yang harus kita lakukan, semua pilihan adalah jalan buntu, dan kita merasa waktunya tiba, saya akan menerima hukuman yang begitu berat yang membuat kita hilang harapan, dan perasaan-perasaan yang lainnya.

“Everyday with Jesus is not sweeter than the day before”, inilah yang Daud juga pernah rasakan. Bila kita melihat dari Mazmur 23:2-3 “...Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku...”. Kata menyegarkan (atau dalam bahasa Inggrisnya: restores my soul) menunjukkan bahwa jiwanya dipulihkan. Dipulihkan dari apa? Disini kita melihat Daud pernah mengalami “bad days” apapun itu yang tidak disebut secara pasti. Kalimat serupa kita bisa lihat dari Mazmur 19:8 (atau ayat 7 didalam bahasa inggrisnya), mengatakan: “Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan (reviving) jiwa”. Bila hidup selalu baik, bila hidup rohani kita tidak pernah “jatuh”, bila hidup ikut Tuhan selalu manis, bila “everyday with Jesus is sweeter than the day before”, maka jiwa kita tidak perlu lagi disegarkan.

Hidup kita lemah, dan rawan akan serangan si jahat. Pergumulan hidup kita, makin menyatakan kebenaran Firman Tuhan seperti yang tercatat dalam 1 Petrus 5:8 bahwa musuh kita adalah si Iblis, yang selalu berusaha menjatuhkan kita. Didalam hidup kita perlu menyadari perseteruan yang Tuhan katakan didalam Kejadian 3:15 terus berlangsung, bahwa ada permusuhan antara si jahat dengan keturunan perempuan. Lalu bagaimana kita sebagai anak-anak Tuhan menghadapi masalah ini?

Efesus 6:10-20 menjawab akan masalah ini. “Hendaklah kamu kuat didalam Tuhan” dan “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah” supaya “kamu dapat bertahan melawan ... iblis”. Didalam bagian ini saya mau mengajak kita memfokuskan terhadap salah satu bagian perlengkapan senjata Allah, yaitu yang disebut didalam ayat ke 17. Roh Kudus telah memberikan kita pedang Roh, yaitu Firman Allah supaya kita bisa melawan si jahat yang hendak menjatuhkan kita (dimana salah satunya melalui pergumulan hidup kita).

Pedang Roh adalah salah satu perlengkapan senjata Allah yang diberikan kita untuk kita bisa menghadapi perlawanan dari si jahat. Pedang adalah suatu senjata yang dipakai tentara dengan memiliki 2 tujuan: bertahan, dan juga sebagai alat untuk menyerang. Inilah kuasa Firman Tuhan, yang dapat menjadi pertahanan hidup kita, yang mampu memberikan kekuatan ketika kita menghadapi permasalahan yang begitu berat, namun juga sebagai alat serang, dimana hidup kita bergantung total terhadap Tuhan melalui FirmanNya, sehingga kita ”menang” melewati pencobaan, ujian dengan mengayunkan pedang kita kepada si jahat, dengan terus berjalan sesuai dengan FirmanNya. Firman Tuhan, sebagai pedang Roh, adalah suatu senjata, yang kita pakai sehingga hidup kita meski didalam situasi apapun membawa kita kepada “kemenangan” sehingga kita menjadi garam dan terang dunia.

Namun yang sering kita lupa, dan tidak perhatikan adalah seorang tentara tidak mampu menghunuskan pedangnya, bila dia tidak membawa pedang tersebut bukan? Sama dengan pedang Roh, kita tidak akan bisa memakainya bila kita tidak terlebih dahulu memakainya, atau membawanya didalam sarung pedang tersebut, sehingga ketika sang musuh menyerang kita bisa mengeluarkan pedang tersebut dari sarungnya dan kita menang. “To Wield it, We must Wear it”, dan hal ini saya rasa benar adanya. Bagaimana mungkin kita bisa dikuatkan dengan Firman Tuhan, bagaimana mungkin kita dapat berjalan dengan benar, bagaimana seorang muda menjaga kelakuannya bersih? Kita tahu yaitu dengan menjaganya dan melakukannya seturut dengan apa yang Firman Tuhan katakan. Namun pertanyaan yang lebih dalam lagi yaitu bagaimana mempraktekkannya bila Firman itu tidak kita ingat? Hal ini seperti apa yang kita lihat dalam kisah Ezra (didalam Ezra 7:9-10) bahwa Ezra meneliti taurat Tuhan dan melakukannya serta mengajar. Mungkinkah Ezra melakukannya dan mengajarkannya bila Firman itu tidak hidup didalamnya? Atau dengan kata lain bila Firman itu tidak dia ingat? Pedang Roh itu dibawanya selalu kemana ia pergi, sehingga ia mampu mengeluarkannya dan menggunakannya setiap saat. Pemazmur pun mengatakan hal yang sama didalam Mazmur 119:97: “Betapa kucintai TauratMu! Aku merenungkannya sepanjang hari”. Disini Pemazmur mengatakan bahwa Firman Tuhan sungguh indah, dan ia membawanya setiap saat. Dengan kata lain pemazmur merenungkan Firman itu, ia ingat.

Mari kita belajar untuk mengingat Firman Tuhan yang hidup itu, sebagai ibadah kita dan juga sebagai perlengkapan “perang” kita didalam hidup ini. Bila kita tidak membawanya didalam kepala kita, maka kita tidak akan dapat menggunakannya didalam hati kita, didalam kehidupan spiritual kita. Bila hidup kita, kita jalani, dan kita pergi tanpa membawa pedang roh itu, maka kita akan jatuh sebelum kita sampai ketujuan hidup kita. Mari kita belajar mencintai dan melihat keindahan Firman Tuhan seperti yang pemazmur katakan, dimulai dari mengingatnya setiap saat.

Soli Deo Gloria,
PoL

1. Piper, John. "Desiring God". Scripture: Kindling of Christian Hedonism. (Inter-Varsity Press, 2003). p143-157

Comments