Exodus 9: Everything is designed for God’s Glory

9:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pergilah menghadap Firaun dan berbicaralah kepadanya: Beginilah firman TUHAN, Allah orang Ibrani: Biarkanlah umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku.

Firaun tetap mengeraskan hatinya setelah ia terlihat seakan-akan telah membiarkan Israel untuk pergi (ketika diberikan tulah ke 4). Oleh karena itu Tuhan menyuruh Musa lagi untuk memberikan suatu peringatan kepada Firaun. Disatu sisi hal ini kita melihat Tuhan masih bermurah hati, dan masih bersabar untuk tidak menumpahkan segala murkaNya kepada Firaun, namun disisi lain betapa mengerikannya justru kita melihat Firaun yang semakin Tuhan biarkan didalam kekerasan hatinya. Lebih baik untuk seseorang dihukum, dan hukuman tersebut membuat seseorang tersebut berbalik, daripada Tuhan biarkan dan sehingga dirinya makin terjerumus dan menjadi orang yang tidak diselamatkan.

Hal yang sama yang Tuhan minta dari Firaun yaitu supaya ia membiarkan bangsa Israel pergi. Hal ini berulang-ulang Tuhan minta, dan bila kita melihat kembali apa yang Tuhan minta kita akan belajar satu hal, yaitu Tuhan meminta agar namaNya dipermuliakan.” Biarkanlah umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku”. Inti dari kehendak Tuhan bukanlah bagi bangsa Israel sendiri, tapi ujungnya adalah untuk namaNya. Begitu pula didalam hidup kita, kita memperlakukan orang lain, berelasi dengan orang lain bukan saja untuk kebaikan orang tersebut, namun terutama karena untuk nama Tuhan dipermuliakan.

9:2 Sebab jika engkau menolak membiarkan mereka pergi dan masih menahan mereka,
9:3 maka ternakmu, yang ada di padang, kuda, keledai, unta, lembu sapi dan kambing domba, akan kena tulah TUHAN, yakni kena penyakit sampar yang dahsyat.
9:4 Dan TUHAN akan membuat perbedaan antara ternak orang Israel dan ternak orang Mesir, sehingga tidak ada yang akan mati seekorpun dari segala ternak orang Israel."
9:5 Selanjutnya TUHAN menentukan waktunya, firman-Nya: "Besoklah TUHAN akan melakukan hal itu di negeri ini."
9:6 Dan TUHAN melakukan hal itu keesokan harinya; segala ternak orang Mesir itu mati, tetapi dari ternak orang Israel tidak ada seekorpun yang mati.

Tulah ke lima ini ditujukan kepada ternak orang Mesir. Menurut studi alkitab dari sabda.org, Orang Mesir menyembah lembu dan hewan lainnya. Mereka percaya bahwa para dewa menyatakan diri melalui hewan-hewan ini dan menjadi pelindung Mesir. Jadi, tulah atas ternak lagi merupakan serangan terhadap politeisme dan penyembahan berhala di Mesir. Hal ini disetujui oleh banyak penafsir dan penafsir mengatakan bahwa tulah kelima ini adalah suatu serangan terhadap dewa yang bernama Hathor (berbentuk lembu – yang merupakan symbol dari dewa kesuburan). Bila kita melihat jauh kedepan maka pengaruh Mesir ini memiliki dampak kepada bangsa Israel yang membuat lembu emas.

Disini kita melihat TUhan yang menyuruh Musa, Tuhan sendiri yang bertindak terhadap Firaun, dan Tuhan yang menentukan kapan tulah tersebut akan terjadi – “besok”. Bila sebelumnya seakan-akan Firaun bisa “mengatur” Tuhan kapan harus bertindak, disini Tuhan berinisiatif sendiri. Tuhan mau menyatakan bahwa diriNya adalah yang mepunyai otoritas tertinggi.
Namun demikian, ayat 6 menyimpulkan bahwa Firaun tidak menghiraukan segala peringatan Tuhan.

9:7 Lalu Firaun menyuruh orang ke sana dan sesungguhnyalah dari ternak orang Israel tidak ada seekorpun yang mati. Tetapi Firaun tetap berkeras hati dan tidak mau membiarkan bangsa itu pergi.

Firaun ingin memastikan apa yang Tuhan katakan adalah benar adanya, dan ia telah membuktikan sendiri akan kebenaran itu namun tetap saja itu tidak membuat dirinya bertobat. Suatu pelajaran disini bahwa suatu bukti / fakta pun tidak dapat membuat seseorang menjadi takut kepada Tuhan. Bukti adalah bagi orang yang tidak percaya, bagi orang percaya sebenarnya tidak memerlukan bukti. Takut akan Tuhan adalah suatu anugerah dan pekerjaan Roh kudus, tanpa itu manusia tidak akan percaya sepenuhnya kepada Tuhan.

9:8 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun: "Ambillah jelaga dari dapur peleburan serangkup penuh, dan Musa harus menghamburkannya ke udara di depan mata Firaun.
9:9 Maka jelaga itu akan menjadi debu meliputi seluruh tanah Mesir, dan akan menjadikan barah yang memecah sebagai gelembung, pada manusia dan binatang di seluruh tanah Mesir."
9:10 Lalu mereka mengambil jelaga dari dapur peleburan, dan berdiri di depan Firaun, kemudian Musa menghamburkannya ke udara, maka terjadilah barah, yang memecah sebagai gelembung pada manusia dan binatang,
9:11 sehingga ahli-ahli itu tidak dapat tetap berdiri di depan Musa, karena barah-barah itu; sebab ahli-ahli itupun juga kena barah sama seperti semua orang Mesir.
9:12 Tetapi TUHAN mengeraskan hati Firaun, sehingga ia tidak mendengarkan mereka--seperti yang telah difirmankan TUHAN kepada Musa.

Ketika manusia tidak menghiraukan hukuman atau peringatan Tuhan, maka Tuhan akan memberikan suatu hukuman yang lebih keras lagi. Bila sebelumnya hanya ternak yang terkena tulah, maka kali ini Tuhan memberikan tulah barah yang menyerang baik binatang maupun manusia.

Bahkan kali ini para ahli sihir pun tidak berdaya, mereka sendiri pun terkena akan tulah barah ini. Kuasa yang mereka miliki tidak mampu menandingi kuasa Tuhan (dikatakan bahwa mereka tidak dapat tetap berdiri didepan Musa). Namun demikian apakah Firaun sadar dan bertobat? Bukankah hal ini sudah cukup membuktikan tidak ada Allah lain seperti Allah orang Israel yang memiliki otoritas tertinggi? Tidak, Firaun tetap mengeraskan hatinya. Siapa yang mengeraskan hati Firaun? Bila kita melihat ayat 12 dengan jelas dikatakan Tuhanlah yang mengeraskan hati Firaun. Suatu ayat yang sulit untuk diterima bagi banyak orang bukan? Bagaimana mungkin Tuhan melakukan ini? Disini kita melihat doktrin predestinasi nyata. Namun banyak orang sulit menerima, karena pikiran manusia yang menganggap bila itu benar berarti Tuhan tidak adil. Pertanyaannya adalah apakah definisi adil itu? Atau lebih tepatnya siapa yang mendefinisikan mana yang adil dan mana yang tidak? Adil menurut siapa? Apakah adil berarti sama rata? Ketika seorang bayi sekali makan 5 sendok bubur, apakah itu adil ketika 5 sendok bubur diberikan kepada seorang yang dewasa? Hubungan Allah dengan gerejaNya digambarkan dengan hubungan seorang mempelai pria dan mempelai wanita, demikian juga didalam hidup kita sehari-hari bila seorang pria mengambil seorang wanita menjadi pasangannya, apakah wanita lain berhak mengatakan tidak adil? Tidak bukan? Itu adalah suatu hak bagi sang mempelai pria untuk memilih, kita umat pilihan Tuhan dipilih adalah suatu anugerah.
Hal lain yang kita bisa lihat adalah sikap Firaun dalam tulah ini (barah) dan juga tulah sebelumnya (penyakit sampar): Firaun bukan saja mengeraskan hatinya untuk tidak mau taat kepada Tuhan, bahkan hatinya yang semakin keras itu tidak peduli akan keadaan sekitarnya, akan penderitaan orang lain yang terkena tulah, dan lingkungan, Firaun bahkan tidak meminta atau memohon kepada Musa untuk supaya tulah tersebut dihapuskan seperti tindakan Firaun sebelumnya. Didalam kehidupan sesama orang kristen pun, bukankah seringkali hal ini tidak jauh berbeda? Betapa sedikitnya orang kristen yang peduli bahkan mendoakan sesama anggota tubuh Kristus yang sedang mengalami penindasan, betapa sedikitnya orang kristen yang berani berjuang demi keadilan atau berjuang demi kebaikan lingkungan, terutama betapa sedikitnya orang kristen peduli akan jiwa orang lain yang sedang menuju kematian spiritual. Banyak orang kristen terlalu banyak peduli akan satu hal: persoalannya sendiri.

9:13 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Bangunlah pagi-pagi dan berdirilah menantikan Firaun dan katakan kepadanya: Beginilah firman TUHAN, Allah orang Ibrani: Biarkanlah umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku.
9:14 Sebab sekali ini Aku akan melepaskan segala tulah-Ku terhadap engkau sendiri, terhadap pegawai-pegawaimu dan terhadap rakyatmu, dengan maksud supaya engkau mengetahui, bahwa tidak ada yang seperti Aku di seluruh bumi.

Sekali lagi bila kita melihat tujuan Tuhan ingin membawa umatNya keluar, dan tujuan dari tulah yang Tuhan berikan adalah sama yaitu supaya nama Tuhan dipermuliakan. Segala sesuatu yang Tuhan lakukan adalah karena untuk namaNya sendiri. Apa yang dilakukan Kristus pun adalah untuk kemuliaan Bapa yang disorga.

9:15 Bukankah sudah lama Aku dapat mengacungkan tangan-Ku untuk membunuh engkau dan rakyatmu dengan penyakit sampar, sehingga engkau terhapus dari atas bumi;
9:16 akan tetapi inilah sebabnya Aku membiarkan engkau hidup, yakni supaya memperlihatkan kepadamu kekuatan-Ku, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi.

Ada belas kasihan (mercy) Tuhan yang bisa kita lihat didalam 2 ayat diatas, dan bila kita tarik sebagai suatu pelajaran bagi kita maka kita bisa bertanya: bukankah Tuhan sudah mengacungkan tanganNya terhadap dunia ini? Namun Ia masih membiarkan dunia ini ada? Seluruh manusia perlu bertobat, bila manusia masih memiliki kesempatan demi kesempatan, bila manusia masih diberikan nafas oleh Tuhan itu semua karena Tuhan masih bersabar. Janganlah kita menghabiskan kesabaran Tuhan sehingga murka Tuhan ada pada kita.

Firaun selayaknya banyak pemerintahan atau orang-orang jahat yang Tuhan biarkan ada didunia ini. Mungkin kita bertanya mengapa Tuhan membiarkan orang-orang yang jahat, orang-orang yang menindas ada? Tuhan sengaja membiarkan semua itu terjadi supaya makin nyata kejahatan mereka, sehingga kuasa Tuhan makin nyata dinyatakan didalam keadilannya (judgement). Melalui ini justru setiap orang makin melihat kemuliaan Tuhan.

Hal lain, apabila kita menyadari bahwa Tuhan adalah panjang sabar adanya, bukankah itupun seharusnya menjadi sikap hidup kita terhadap orang lain? Mengapakah kita seringkali meng-gerutu terhadap hal-hal yang tidak enak bagi diri kita? Bila Tuhan masih bersabar terhadap dunia ini, Tuhan yang menjadi guru kita disini memberikan suatu contoh bahwa kita harus memiliki kesabaran terhadap sesama kita, dan terus berusaha memenangkan jiwa, menjadi terang dan garam dunia.

9:17 Engkau masih selalu mengalangi umat-Ku, sehingga engkau tidak membiarkan mereka pergi.
9:18 Sesungguhnya besok kira-kira waktu ini Aku akan menurunkan hujan es yang sangat dahsyat, seperti yang belum pernah terjadi di Mesir sejak Mesir dijadikan sampai sekarang ini.
9:19 Oleh sebab itu, ternakmu dan segala yang kaupunyai di padang, suruhlah dibawa ke tempat yang aman; semua orang dan segala hewan, yang ada di padang dan tidak pulang berkumpul ke rumah, akan ditimpa oleh hujan es itu, sehingga mati."

Suatu tulah yang tidak pernah terjadi sebelumnya akan Tuhan kirim esok hari yaitu hujan es, namun demikian di ayat ke 19 Tuhan masih memberikan belas kasihan-Nya, Tuhan masih memberikan suatu kesempatan bagi semua orang yang mau taat untuk bisa diselamatkan dari tulah hujan es ini. Alkitab adalah Firman Tuhan yang berisikan kehendak Tuhan, apa yang Tuhan mau untuk kita taati. Tuhan telah nyatakan bahwa pada hariNya “besok” Tuhan akan datang menjadi hakim bagi orang-orang yang tidak taat, dan bagi orang yang taat kepadaNya Ia akan datang sebagai juru selamat kita.

9:20 Maka siapa di antara para pegawai Firaun yang takut kepada firman TUHAN, menyuruh hamba-hambanya serta ternaknya lari ke rumah,
9:21 tetapi siapa yang tidak mengindahkan firman TUHAN, meninggalkan hamba-hambanya serta ternaknya di padang.

Kita lihat melalui tulah ini makin banyak yang percaya Tuhan, seperti apa yang Tuhan katakan bahwa tiap kejadian Tuhan adakan adalah supaya namaNya dikenal. Hukuman Tuhan seperti yang telah disebut sebelumnya memiliki 2 efek: Firaun yang terus mengeraskan hatinya, dan bagi orang lain ada dari bangsa mesir yang taat kepada Tuhan. Firman Tuhan adalah bagaikan pedang bermata dua, yang dapat membawa seseorang berbalik, namun disisi lain justru makin menegaskan kebobrokan seseorang. Namun demikian hal yang penting disini adalah mengapa mereka percaya kepada Tuhan: dikatakan didalam ayat 20 bahwa siapa yang “TAKUT kepada Firman Tuhan” (fear to the Word of God). Apakah kita takut kepada Firman Tuhan? Iman menyatakan dirinya melalui suatu bentuk ketaatan.

Tujuan Tuhan memberikan hukuman memiliki dua sisi. Pertama, bagi orang yang taat maka hukuman tersebut akan membuat dirinya sadar dan berbalik kepada Tuhan (pertobatan / repentance), dan bagi orang yang tidak taat (tidak percaya) maka ia akan tidak peduli, dan hukuman justru akan membawa dirinya makin mengeraskan hatinya (corrupt) seperti yang dilihat didalam ayat 17 dan 21 diatas: mereka makin membawa dirinya terpuruk.

9:22 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu ke langit, supaya hujan es turun di seluruh tanah Mesir, menimpa manusia dan binatang dan menimpa tumbuh-tumbuhan di padang di tanah Mesir."
9:23 Lalu Musa mengulurkan tongkatnya ke langit, maka TUHAN mengadakan guruh dan hujan es, dan apipun menyambar ke bumi, dan TUHAN menurunkan hujan es meliputi tanah Mesir.
9:24 Dan turunlah hujan es, beserta api yang berkilat-kilat di tengah-tengah hujan es itu, terlalu dahsyat, seperti yang belum pernah terjadi di seluruh negeri orang Mesir, sejak mereka menjadi suatu bangsa.
9:25 Hujan es itu menimpa binasa segala sesuatu yang ada di padang, di seluruh tanah Mesir, dari manusia sampai binatang; juga segala tumbuh-tumbuhan di padang ditimpa binasa oleh hujan itu dan segala pohon di padang ditumbangkannya.
9:26 Hanya di tanah Gosyen, tempat kediaman orang Israel, tidak ada turun hujan es.
9:27 Lalu Firaun menyuruh memanggil Musa dan Harun serta berkata kepada mereka: "Aku telah berdosa sekali ini, TUHAN itu yang benar, tetapi aku dan rakyatkulah yang bersalah.
9:28 Berdoalah kepada TUHAN; guruh yang sangat dahsyat dan hujan es itu sudah cukup. Maka aku akan membiarkan kamu pergi, tidak usah kamu tinggal lebih lama lagi."
9:29 Dan berkatalah Musa kepadanya: "Sekeluar aku dari kota ini, aku akan mengembangkan tanganku kepada TUHAN; guruh akan berhenti dan hujan es tidak akan turun lagi, supaya engkau mengetahui, bahwa bumi adalah milik TUHAN.
9:30 Tetapi tentang engkau dan para pegawaimu, aku tahu, bahwa kamu belum takut kepada TUHAN Allah."
9:31 --Tanaman rami dan jelai telah tertimpa binasa, sebab jelai itu sedang berbulir dan rami itu sedang berbunga.
9:32 Tetapi gandum dan sekoi tidak tertimpa binasa, sebab belum lagi musimnya. –

Tuhan sekali lagi menghukum Firaun melalui tulah ke 7: hujan es melalui hambaNya Musa. Suatu Tulah yang sangat mengerikan yang menimpa kepada setiap orang Mesir yang tidak mau taat kepada Tuhan. Firaun kali ini mau tidak mau harus mengakui kuasa Tuhan. Firaun mau tidak mau terpaksa harus mengakui kesalahan dirinya. Kita melihat ayat 27 diatas bahwa Firaun mengaku dirinya berdosa, namun apakah ini suatu pertobatan yang sejati? Mengapa Firaun berkata bahwa ia telah berdosa “sekali ini”, apakah dia menganggap dirinya tidak berdosa selama ini dengan tidak menghiraukan Tuhan? Pertobatan Firaun disini bukanlah pertobatan yang sejati (Musa pun mengkonfirmasi bahwa Firaun tidak belum benar-benar bertobat – ayat 30).

Bila memang demikian, mengapa Musa mau menyetujui permintaan Firaun, bila ia tahu bahwa Firaun tidak benar-benar bertobat? Ayat 29 memberikan alasan Musa mengapa ia tetap melakukannya, bukan karena dirinya, bukan karena firaun, namun hanya karena supaya diketahui bahwa bumi adalah milik Tuhan.

Bila kita mengingat kembali apa yang tercatat dalam Keluaran 4:22-23, maka disini kita tahu bahwa tulah akan terus ada sebelum Tuhan membunuh anak sulung Firaun (tulah ke 10 – terakhir). Melalui ini Musa mungkin mengerti bahwa ini belum saatnya Firaun benar-benar akan melepaskan bangsa Israel.

9:33 Lalu keluarlah Musa dari kota itu meninggalkan Firaun, dikembangkannyalah tangannya kepada TUHAN, maka berhentilah guruh dan hujan es dan hujan tidak tercurah lagi ke bumi.
9:34 Tetapi ketika Firaun melihat, bahwa hujan, hujan es dan guruh telah berhenti, maka teruslah ia berbuat dosa; ia tetap berkeras hati, baik ia maupun para pegawainya.
9:35 Berkeraslah hati Firaun, sehingga ia tidak membiarkan orang Israel pergi--seperti yang telah difirmankan TUHAN dengan perantaraan Musa.

Sama seperti kejadian sebelumnya, setelah dilihatnya kelegaan Firaun tetap berkeras hati. Suatu masalah seharusnya membawa kita berbalik sungguh-sungguh kepada Tuhan. Masalah seharusnya membuat diri kita sadar akan keberdosaan kita, dan membuat diri kita tidak mengulanginya. Namun yang sering terjadi didalam hidup manusia adalah ketika masalah hilang, kita lupa akan anugerah Tuhan, kita lupa untuk taat kepada Tuhan, kita lupa akan Tuhan.

Comments