Living Stones

Yosua 4:19-24
4:19 Bangsa itu telah keluar dari sungai Yordan pada tanggal sepuluh bulan pertama dan mereka berkemah di Gilgal, di batas timur Yerikho.
4:20 Kedua belas batu yang diambil dari sungai Yordan itu ditegakkan oleh Yosua di Gilgal.
4:21 Dan berkatalah ia kepada orang Israel, demikian: "Apabila di kemudian hari anak-anakmu bertanya kepada ayahnya: Apakah arti batu-batu ini?
4:22 maka haruslah kamu beritahukan kepada anak-anakmu, begini: Israel telah menyeberangi sungai Yordan ini di tanah yang kering! --
4:23 sebab TUHAN, Allahmu, telah mengeringkan di depan kamu air sungai Yordan, sampai kamu dapat menyeberang seperti yang telah dilakukan TUHAN, Allahmu, dengan Laut Teberau, yang telah dikeringkan-Nya di depan kita, sampai kita dapat menyeberang,
4:24 supaya semua bangsa di bumi tahu, bahwa kuat tangan TUHAN, dan supaya mereka selalu takut kepada TUHAN, Allahmu."

Latar belakang dari ayat diatas mungkin adalah sesuatu yang sudah seringkali kita dengar. Bangsa Israel yang dahulu berada dibawah penindasan Mesir selama beberapa ratus tahun, didalam keluh kesahnya, Tuhan melihat dan Tuhan memimpin mereka, membebaskan mereka keluar dari Mesir. Tuhan memakai Musa memimpin Israel keluar. Tuhan menghukum Mesir dengan tulah-tulahNya yang kuat. Tuhan mengantar bangsa Israel melewati laut Teberau. Beberapa kali Tuhan menunjukkan kuasaNya ketika mereka mengembara di padang gurun. Dan sekarang setelah mereka mengembara selama 40 tahun mereka menyeberangi sungai Yordan dibawah kepemimpinan Yosua. Sungai Yordan harus mereka lewati untuk mereka bisa tiba ditanah Kanaan – tanah perjanjian yang Tuhan akan berikan bagi Israel.

Pertanyaan bagi kita sekarang adalah: apakah pentingnya kisah ini bagi kita saat ini? Apa yang menjadi relasi cerita yang sudah lama ini bagi hidup kita di jaman sekarang? Untuk kita bisa mengerti maksud dan arti kisah ini bagi kita saat ini, kita perlu diam sejenak, dan kita coba lihat dan dengar apa yang penulis ingin sampaikan pada kita. Apa yang penulis ingin sampaikan kepada kita mengenai Tuhan, mengenai diri kita dan bagaimana kita berespon di dalam hidup kita.

Banyak hal yang kita bisa pelajari dari perikop ini, misalnya tentang peristiwa menyeberangi sungai Yordan itu sendiri adalah sesuatu yang sangat penting, namun kali ini saya ingin mengajak kita melihat kepada suatu elemen yang juga ditekankan pada bagian diatas, yaitu: “batu”. Akhir dari pasal 4 ini bukan ditutup dengan keberhasilan mereka melewati sungai yordan, namun ditutup dengan arti dari batu-batu tersebut. Kita dapat melihat dengan jelas bahwa tujuan batu-batu tersebut adalah sebagai suatu “peringatan” (memorial event). Ketika dimasa depan anak-anak mereka bertanya arti dari batu itu, maka mereka bisa mengatakan bahwa batu-batu itu mengingatkan mereka akan kebesaran Tuhan, kekuatanNya pemeliharaan-Nya, pimpinan-Nya, dan kasih setia-Nya kepada mereka. Cerita ini bukan sembarang cerita mengenai kisah suatu bangsa, ataupun suatu cerita yang bersifat “entertainment”; cerita ini bertujuan supaya semua bangsa dibumi menyadari dan tahu bahwa: “kuat tangan TUHAN, dan supaya mereka selalu takut kepada TUHAN, Allahmu.” Semua manusia dan generasi demi generasi perlu untuk mengetahui siapa itu Tuhan, perbuatan dan kuasaNya! Bahkan untuk kita yang pernah mengalami momen-momen penyertaan Tuhan pun perlu untuk terus mengingat momen tersebut.

Pertanyaan selanjutnya adalah: mengapa begitu pentingnya untuk kembali menceritakan kisah-kisah (atau momen-momen seperti Yosua) seperti ini? Perlukah atau tidak? Untuk menjelaskan bagian ini mari kita sejenak melihat peristiwa-peristiwa di depan setelah bangsa Israel melewati sungai Yordan. Bangsa Israel pada akhirnya akan mendapatkan tanah perjanjian tersebut (Kanaan), namun bukan dengan mudah, perlu ada perjuangan didalamnya. Banyak hal-hal baru yang akan mereka jumpai didepan, masa depan, mereka tidak tahu, kesulitan demi kesulitan membuat masa depan mereka menjadi sesuatu yang tidak diduga: mulai dari mereka akan menghadapi sebuah tembok Yerikho yang sangat kuat, mereka akan menghadapi pasukan Filistin yang kuat dimana mereka sendiri kurang terlatih didalam perang dibandingkan mereka, dan bahkan mereka pun akan menghadapi ancaram religius didalam kebudayaan orang-orang kanaan, kebudayaan penyembahan kepada Baal, dan banyak hal-hal lainnya.

Namun Tuhan menolong mereka. Satu demi persatu masalah Tuhan pimpin dan Tuhan tolong: tembok Yerikho runtuh, Gideon mengalahkan orang-orang Midian hanya dengan 300 orang, Daud mengalahkan Goliat, dan lain-lain. Tuhan melakukan perbuatan-perbuatan yang besar kepada umatNya. Puji Syukur kita naikkan pada Tuhan.

Meski demikian diantara setiap momen-momen dimana Tuhan “menunjukkan” perbuatanNya secara nyata (diantara setiap kairos), mereka tetap harus tinggal di dunia yang berdosa ini. Mereka harus terus menghadapi pergumulan hidup, rintangan bahkan masa-masa kering dan sulit: setelah tembok Yerikho dirobohkan, terjadi kekalahan bangsa Israel melawan orang-orang Ai; setelah mujizat yang terjadi pada Gideon, Gideon berlaku serong membuat bangsa Israel kepada penyembahan berhala; setelah Daud berhasil membunuh Goliat, Daud membunuh Uriah karena ingin melakukan dosanya. Kita lihat disini, orang-orang Israel yang dahulu telah mengalami mujizat Tuhan didalam menyeberangi sungai Yordan, namun kemudian mereka mengalami kemunduran, dan berubah menjadi tidak setia. Mereka mengalami saat-saat dimana mereka tidak bisa merasakan dan melihat kehadiran Tuhan ditengah-tengah mereka, mereka bahkan tidak yakin apakah Tuhan ada ditengah-tengah mereka, saat-saat dimana keadaan dunia yang berubah dan tak menentu, saat-saat yang sulit, dan saat-saat kering dan kosong didalam kehidupan mereka.

Mungkin disaat-saat seperti itulah, mereka perlu untuk melihat kebelakang dan kembali mengingat bahwa “kuat tangan TUHAN”. Disaat seperti itulah mereka memerlukan suatu titik referensi yang boleh mengingatkan mereka bahwa Tuhan hadir, bahwa Tuhan adalah Allah yang hidup yang senantiasa hadir didalam hidup mereka. Mereka perlu untuk mengingat “batu-batu” tersebut yang mengingatkan mereka bahwa “TUHAN, Allahmu, telah mengeringkan di depan kamu air sungai”. Mereka perlu untuk mengingat “batu-batu” itu dan berkata: “kami mungkin saat ini tidak yakin dan tidak merasakan kehadiran Tuhan ditengah-tengah kami, namun kami yakin bahwa Tuhan adalah Allah yang hidup yang telah melakukan perkara yang besar karena batu-batu ini menjadi saksi sejarah akan perbuatanNya”. Batu-batu tersebut mungkin adalah masa lampau mereka, namun batu-batu tersebut menjadi suatu momen di masa lampau yang bisa menjadi kekuatan dimasa kini untuk boleh melihat akan masa yang akan datang.

Ada satu hal lagi yang menarik dari bagian ini yaitu di ayatnya yang ke 23. Disitu penulis mengingatkan kita untuk mengingat juga perbuatan Tuhan terhadap peristiwa terbelahnya laut Terberau. Perisitiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir merupakan suatu titik referensi juga dimasa sebelumnya. Bukan merupakan suatu yang kebetulah terjadinya peristiwa itu, namun peristiwa itu Tuhan sengaja adakan untuk supaya kita mengingatnya juga. Mungkin tidak ada “batu-batu” pada peristiwa itu, namun didalam Keluaran 12 kita bisa melihat bahwa peristiwa itu adalah suatu momen dimana bangsa Israel mengingat-ingatnya dan hari itu dijadikan hari perayaan (baca: Keluaran 12:14).

Mengapa perlu diingat hal-hal seperti ini? Sekali lagi alasan yang sama dengan bagian didalam Yosua 4 ini, bila kita melihat kedepan maka bangsa Israel akan menghadapi banyak kesulitan di padang gurun. Ada saat-saat dimana mereka akan undur dan lemah iman. Suatu perjalanan yang panjang untuk mereka boleh sampai dimasa sekarang (menyeberangi sungai Yordan). Mereka yang saat ini menyeberangi sungai Yordan bukanlah orang-orang yang menyeberang laut terberau bukan? Namun mereka mengingat apa yang terjadi di generasi sebelumnya, itulah yang menjadi kekuatan mereka; Dan sekarang mereka menarik garis dari laut terberau, kepada “batu-batu” tersebut kepada masa depan yang tidak mereka ketahui.

Contoh lain adalah ketika Yesus bersama-sama dengan kedua belas muridnya hendak memperingati hari raya roti tidak beragi, Yesus meminta mereka untuk mengingat akan Dia. Bila kita melihat seterusnya maka ada suatu perkataan Yesus yang mengatakan: “Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Kamu semua akan tergoncang imanmu. Sebab ada tertulis: Aku akan memukul gembala dan domba-domba itu akan tercerai-berai.” - (Markus 14:27). Para murid akan menghadapi masa depan yang sulit, yang penuh akan rintangan, mereka akan menghadapi penganiayaan, ketakutan, bahkan keraguan. Disaat-saat seperti inilah sekali lagi mereka butuh untuk melihat kebelakang dan mengingat janji Tuhan yang mengatakan “dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:20). Ketika mereka tidak bisa merasakan dan melihat dengan mata mereka secara langsung bahwa Tuhan bersama-sama dengan mereka, mereka bisa melihat kebelakang akan janji Tuhan, dan bahwa mereka tahu bahwa kubur itu kosong yang menandakan Kristus adalah Tuhan yang hidup.

Dari semua kisah diatas sekali lagi pertanyaan untuk kita: Bagaimana kita menghadapi masa depan yang tidak menentu, didalam dunia yang bukan milik kita, didalam dunia yang berjalan seringkali diluar dari apa yang kita mau?

Kita mungkin saat ini tidak “melihat” Tuhan bekerja dengan mujizat-mujizat-Nya seperti di perjanjian lama, atau kita tidak mendengar suara Tuhan secara langsung. Kita tahu Tuhan ada, namun hidup ini begitu banyak pergumulan yang terkadang menekan kita. Disaat seperti ini lah sama seperti generasi-generasi yang tercatat didalam alkitab, kita perlu melihat kebelakang kepada “batu-batu” sebagai tanda penyertaan Tuhan, kita perlu melihat kebelakang akan kuasa Tuhan membelah laut terberau, kita lihat pimpinan Tuhan kepada umatNya disepanjang sejarah, atau bahkan didalam hidup kita sendiripun telah ada “batu-batu” itu yang bisa selalu mengingatkan kita, menguatkan kita akan pekerjaan Tuhan yang ajaib. Itulah yang menjadi kekuatan kita yaitu karya Tuhan yang telah Dia perbuat dimasa lampau baik itu bagi diri kita, ataupun melalui kesaksian orang lain.

Biarlah kita berdoa, pertama bersyukur karena Tuhan memelihara kita, Tuhan begitu baik karena ia memberikan kita cerita dan pengalaman-pengalaman seperti ini untuk kita bisa ingat yang boleh menjadi kekuatan kepada kita yang lemah, dan kedua berdoa agar hidup kita menjadi hidup yang melangkah hari demi hari didalam langkah iman, melangkah kedepan yang “tidak jelas” dengan melihat kepada kepastian dimasa yang lalu. Terakhir, biarlah hidup kita boleh menjadi hidup yang dipenuhi kumpulan “batu-batu” ini yang bukan hanya batu biasa namun batu yang hidup didalam hidup mengikut Tuhan. Sehingga apabila ada orang entah itu anak kita, saudara kita, teman kita, bahkan orang asing pun bertanya kepada kita: “apakah arti batu-batu ini?” Maka kita bisa berkata: “Mari kuceritakan cerita akan Tuhanku, kebesaranNya, dan anugerahNya...”.

Amin,

~ PoL

Comments