Feel Blessed?

Baru saja kita melewati tahun 2010 dan sekarang kita ada di awal tahun 2011. Banyak hal terjadi didalam hidup kita: keberhasilan, kegagalan, masa-masa senang, sulit, tawa, tangis, dan lain sebagainya. Namun semuanya itu terjadi justru membuat hidup kita ini menjadi lebih hidup. Hidup kita penuh dengan dinamika, dan sebagai orang yang percaya kepada Tuhan kita bersyukur bahwa Tuhan telah memimpin hidup kita sampai detik ini. Banyak orang merefleksikan apa yang Tuhan telah kerjakan didalam setahun yang sudah lewat, bagaimana berkat Tuhan begitu berlimpah, bagaimana dengan saudara? Suatu hal yang sangat baik sebagai anak Tuhan untuk kita merenung, dan merefleksikan segala pimpinan Tuhan di masa lampau kita yang menuntun kita sampai hari ini. Hidup kita mungkin berada didalam hal-hal yang “kelabu” namun kekuatan Tuhan dan kasih setiaNya terus menopang kita. Dari sini kita bisa menyadari betapa berkat dan anugerah Tuhan sungguh melimpah bagi kita sebagai anak-anak Tuhan.

Di kesempatan kali ini saya mengajak setiap kita bukan hanya menghitung setiap berkat Tuhan satu persatu, namun saya mengajak setiap dari kita untuk berpikir lebih jauh dan untuk kita memiliki suatu kesadaran untuk berkomitmen lebih di tahun 2011 ini. Apakah saudara merasakan berkat Tuhan sepanjang tahun 2010? Respon hidup saudara menjawab apakah saudara mengerti bahwa berkat dan anugerah Tuhan sungguh besar bagi hidup saudara dan saya. Mengapa demikian?

Ada 2 orang bernama John dan Mark. John memiliki sebuah rumah yang mewah dan besar, memiliki 4 mobil dan rumahnya dijaga oleh seorang security. John bersama keluarga setiap tahunnya selalu bepergian keluar negeri, seluruh tempat wisata di dunia dia pernah hampiri. Disisi lain Mark adalah seorang petani, dan ia bersama anak istri tinggal disebuah rumah mungil di suatu desa kecil. Mark hanya memiliki 1 sepeda bonceng, dan setiap akhir tahun kalau mereka mau berlibur mark harus mengantar istrinya terlebih dahulu ke ujung jalan dan ia harus kembali dan menjemput anaknya dengan sepeda boncengnya baru kemudian mereka sekeluarga naik bis yang lewat disana. Apa yang kita bisa lihat disini? Jelas kita akan mengatakan John adalah seorang yang kaya sedangkan Mark adalah seorang yang miskin. Bagaimana kita tahu akan hal demikian? Karena kita melihat bagaimana cara hidup kedua orang ini bukan? Yang satu tinggal dirumah mewah, dan yang satu tinggal dirumah sangat sederhana; kita juga bisa melihat dari kendaraan atau alat transport yang mereka pakai, kita pun juga melihat dari cara hidup mereka setiap harinya. John dan Mark adalah sama-sama manusia, namun perbedaannya adalah John menerima penghasilan lebih banyak dari bosnya sedangkan Mark menerima lebih sedikit. Bila jumlah uang yang diterima itu dibalik saya rasa gaya hidup mereka berdua pun akan terbalik. Gaya hidup mereka adalah salah satu respon mereka yang terlihat secara luar akan apa yang mereka peroleh. Mereka masing-masing mengerti keadaan mereka, mark merasa penghasilannya sedikit sehingga ia harus berhemat sedemikian rupa, sedangkan John bisa merasakan dia memiliki banyak.

Sebuah makanan seharga 10 dollar, akan memiliki 2 reaksi yang berbeda terhadap orang yang merasa diri kaya (atau berkecukupan) dan orang yang merasa diri miskin. Saya memakai kata “merasa” disini karena tidak semua orang yang berkecukupan merasa diri berkecukupan, bahkan kebanyakan mereka terus merasa diri “miskin” sehingga harga 10 dollar akan sulit dia keluarkan apalagi untuk diberi kepada orang lain.

Kedua contoh diatas sebenarnya juga menggambarkan bagaimana respon kita terhadap segala anugerah yang Tuhan telah berikan kepada kita. Seperti yang tercatat didalam Lukas 7:36-47.

7:36 Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan.
7:37 Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi.
7:38 Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.
7:39 Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa."
7:40 Lalu Yesus berkata kepadanya: "Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu." Sahut Simon: "Katakanlah, Guru."

Hal pertama yang kita bisa pelajari adalah kesadaran yang ditunjukkan oleh wanita berdosa yang meminyaki kaki Yesus. Ia sadar bahwa dirinya adalah seorang yang begitu berdosa, seorang yang najis. Ia sadar dirinya tidak layak, maka ia memohon belas kasihan dari Kristus. Bagaimana dengan kita? Sadarkah keadaan diri kita yang tidak layak? Sadarkah kita bahwa kita seharusnya binasa, seharusnya tidak menerima dan tidak layak menerima kasih Kristus? Namun Tuhan mengasihi kita sebelum kita mampu untuk mengasihi Dia. Semakin kita sadar diri sesungguhnya tidak layak, semakin kita akan hidup lebih bersyukur, dan hidup bukan bagi diri kita sendiri lagi.

7:41 "Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh.
7:42 Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?"
7:43 Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus kepadanya: "Betul pendapatmu itu."
7:44 Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya.
7:45 Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku.
7:46 Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi.
7:47 Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih."

Dari bagian diatas: mengertikah kita dan sadarkan kita akan anugerah Tuhan yang begitu berlimpah bagi kita? Inilah poin kedua yaitu suatu kesadaran akan besarnya anugerah Tuhan bagi kita. Semakin kita sadar bahwa anugerah Tuhan begitu besar bagi diri kita, semakin kita akan hidup lebih melayani Tuhan (hidup mengasihi Tuhan, mengasihi sesama).

Biarlah kita sadar akan kedua hal ini yaitu diri kita yang tidak layak, namun Tuhan telah memberikan anugerah keselamatan yang begitu besar bagi kita, yang kita tidak mampu bayar dengan apapun yang kita miliki. Setelah kita benar-benar menyadari akan hal ini, akankah kita hidup egois (hidup bagi diri sendiri)? Akankah kita hidup tidak mengasihi Tuhan dan sesama? Akankah kita hidup tidak melayani Tuhan dan gerejaNya? Suatu perumpamaan yang sangat menegur kita tercatat didalam Matius 18:23-35 sebagai berikut:

18:23 Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya.
18:24 Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.
18:25 Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.
18:26 Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.
18:27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.
18:28 Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu!
18:29 Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.
18:30 Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.
18:31 Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.
18:32 Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku.
18:33 Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?
18:34 Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.
18:35 Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."

Biarlah perumpamaan diatas menegur saya dan kita sekali lagi, untuk kita boleh sadar bahwa hutang kita yang begitu banyak telah dihapuskan oleh sang Raja. Ia telah berbelas kasihan kepada kita, sehingga kita pun dapat hidup bebas dari hukuman kekal. Bila sang Raja itu telah berbelas kasihan kepada kita, namun kita tidak mau memancarkan kasih Allah kepada orang lain, berarti kita adalah orang yang disebut sebagai "hamba yang jahat", hamba yang telah dihapus hutangnya namun kita tidak mau berbelas kasihan kepada orang yang berhutang kepada kita. Biarlah kita bukan hanya hidup bersyukur dengan bibir kita semata, namun kita menunjukkan rasa syukur kita didalam perbuatan kita yang mencerminkan apa yang ada didalam hati kita. Hidup lebih berkomitmen didalam pelayanan bagi Tuhan: mengasihi Tuhan, mengasihi sesama.

~ Paul Hartono

Comments