Exodus 12:2 – Salvation in His Time

12:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun di tanah Mesir:
12:2 "Bulan inilah akan menjadi permulaan segala bulan bagimu; itu akan menjadi bulan pertama bagimu tiap-tiap tahun.

Hal pertama yang terlihat disini adalah sesuatu yang menarik: Tuhan mengubah sistem kalendar yang sudah ada saat itu. Hal ini ternyata terus dipakai bagi orang Yahudi sampai sekarang didalam sistem penanggalan kalendar mereka. Bagi agama Yahudi sistem kalendar mereka dimulai dari bulan Nisan (sekitar Maret sampai April) dan terus sampai bulan Adar (February sampai Maret).

Apa yang kita bisa lihat mengenai Tuhan kita melalui peristiwa ini? Tidak lain, Tuhan kita adalah Tuhan yang mengatur waktu. Dia adalah Tuhan yang menetapkan sesuatu itu dimulai dan kapan harus berhenti karena Dia adalah Tuhan yang menciptakan waktu itu sendiri. Didalam Kejadian 1:1 dikatakan bahwa “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”. Kata pada mulanya atau didalam bahasa Inggris disebut “in the beginning” menunjukkan akan asal muasal dari segala sesuatu. Segala sesuatu tadinya belum memiliki awal, dan didalam ayat ini ditunjukkan bahwa inilah awal dari segala awal, karena sebelum kejadian 1:1 yang ada ialah “tiada awal dan tiada akhir”. Dari ayat ini kita melihat bahwa awal atau waktu itu berasal dari Tuhan. “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”, disini tersirat bahwa Tuhan menciptakan waktu itu dan secara tersurat Tuhan menciptakan ruang.

Kejadian 1:1 menunjukkan Tuhan menciptakan waktu, dan Keluaran 12:2 memperlihatkan Tuhan yang telah menciptakan waktu itu berkuasa memanfaatkan waktu tersebut. Waktu bagi manusia bisa berarti kesempatan/peluang, hal-hal yang baik, namun disisi lain, manusia yang hidup di dalam waktu, juga sekaligus mengalami kesulitan di sepanjang waktu yang ia jalani. Semakin lama ia memiliki waktu, semakin lama juga ia mengalami waktu-waktu yang sulit. Waktu bisa juga berisi kesenangan, namun keseluruhan waktu itu ada ditangan Tuhan. Tuhan menetapkan waktu, oleh karena itu manusia tidak dapat memaksakan sesuatu yang berlawanan dengan waktu Tuhan. Kekecewaan, kekuatiran termasuk sikap acuh tak acuh merupakan akibat manusia yang mengandalkan waktunya sendiri, padahal seharusnya mereka mengakui bahwa semua terjadi karena waktu-Nya.

Dengan menyadari dan mengerti bahwa Tuhan yang menciptakan, mengendalikan, dan bahkan menguasai waktu, selayaknyalah kita menghargai dan menggunakan waktu Tuhan sebaik-baiknya, karena itu berarti kita sedang mengagungkan Tuhan yang mencipta dan menetapkan waktu itu. Hal ini terwujud dengan sikap kita yang semakin bersandar dan berserah sepenuhnya kepada Tuhan. Tentunya ini bukan berarti kita melepas tanggung jawab kita, malah sebaliknya, kata “bersandar” justru berarti kita melakukan yang Tuhan kehendaki karena kita tidak bersandar pada kekuatan diri sendiri (self confidence). “Berserah” berarti menerima apapun yang terjadi di dalam kehidupan kita, dan menjalaninya dengan rasa syukur.

Hal kedua, mengapa Tuhan mengubah sistem penanggalan yang ada? Apakah maksud dari itu semua? Bila kita melihat lebih jauh di ayat ke 12, kita akan melihat alasan Tuhan melakukan itu semua: “Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN.” Di sini kita melihat bahwa Tuhan melakukan ini semua karena Tuhan tahu bahwa segala sesuatu dimulai dari Pasah (Passover). Kematian anak domba yang tidak bercacat cela itu adalah transisi awal kehidupan yang baru bagi umat Tuhan bani Israel saat itu. Malam itu bani Israel akan memulai hidup baru mereka dengan keluar (exodus) dari tanah perbudakan Mesir menuju ke tanah perjanjian dimana mereka bisa beribadah dengan YHWH (TUHAN) Allah mereka.

Bagi kita saat ini, kematian Kristus dikayu salib adalah permulaan hidup baru sebagai ciptaan baru. Ketika kita beriman dan percaya kepada Kristus sebagai Anak Domba tersembelih yang memperdamaikan kita dengan Allah, itulah hidup baru yang sesungguhnya yang Tuhan inginkan bagi kita. Walaupun hidup kita diliputi berbagai macam “keindahan” (glamor) dan beraneka ragam “kekayaan” dunia ini: tanah harta, kuasa tahta, hasrat mata, nama tenar, ilmu, dll namun bila seseorang tidak percaya kepada “darah” anak domba yang tersembelih itu maka sia-sialah itu semua. Orang tersebut belum memiliki hidup yang sesungguhnya.

Biarlah melalui sharing singkat ini, saudara dan saya bisa terus bersama-sama belajar dan bertumbuh didalam iman kita kepada Kristus yang adalah Tuhan dan Juruselamat kita. Biarlah hidup kita semakin bersandar pada Tuhan dan bersyukur atas waktu yang Tuhan beri, dimana kita boleh mengenal Dia dan karya keselamatan yang Dia kerjakan didalam waktu yang Dia ciptakan. Amin.

~ Paul Hartono

Comments