Exodus 12:1-11 – Salvation in His Blood

Didalam bagian ini kita melihat perintah Tuhan kepada Musa dan Harun ditanah Mesir untuk mereka taati agar mereka tidak musnah karena Tuhan akan menjatuhkan hukuman ditanah Mesir. Bagian ini kemudian menjadi sesuatu yang Tuhan perintahkan untuk umatNya ingat dari generasi ke generasi sebagai Pasah (Passover). Bagian ini berisi secara detail tentang aturan yang Tuhan mau untuk segenap Jemaah Israel lakukan mengenai Pasah (dalam bahasa Inggris “Passover”). Karena bagian ini merupakan baying-bayang akan kematian Kristus sebagai sang Anak Domba yang tersembelih (lihat 1 Kor 5:7), sangatlah penting bagi kita untuk bertanya pertanyaan berikut ketika kita membaca ayat-ayat dibagian ini. Pertama, apa yang Tuhan tekankan didalam bagian ayat-ayat diatas; dan kedua, mengapa Tuhan ingin kebenaran tersebut untuk ditekankan atau diperhatikan.

12:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun di tanah Mesir:
12:2 "Bulan inilah akan menjadi permulaan segala bulan bagimu; itu akan menjadi bulan pertama bagimu tiap-tiap tahun.

Tuhan menetapkan suatu permulaan dari segala hal yang baru (keluarnya bangsa Israel dari Mesir adalah bagian kehidupan yang baru bagi mereka, karena mereka menjadi orang-orang yang bebas, bukan budak lagi). Namun hal ini terjadi didalam waktuNya Tuhan. Alkitab menyatakan akan Tuhan kita yang menguasai waktu dan Ia melakukan kehendakNya didalam waktu yang Ia ciptakan. Lihat lebih detail melalui tulisan saya sebelum ini: Salvation In His Time

12:3 Katakanlah kepada segenap jemaah Israel: Pada tanggal sepuluh bulan ini diambillah oleh masing-masing seekor anak domba, menurut kaum keluarga, seekor anak domba untuk tiap-tiap rumah tangga.
12:4 Tetapi jika rumah tangga itu terlalu kecil jumlahnya untuk mengambil seekor anak domba, maka ia bersama-sama dengan tetangganya yang terdekat ke rumahnya haruslah mengambil seekor, menurut jumlah jiwa; tentang anak domba itu, kamu buatlah perkiraan menurut keperluan tiap-tiap orang.

Tuhan adalah Tuhan yang personal. Didalam bagian ini kita melihat suatu konsep substitusi bahwa seekor anak domba untuk tiap rumah tangga. Tuhan bisa saja menyuruh seekor anak domba untuk seluruh bani Israel, namun Tuhan menginginkan setiap rumah tangga untuk menyatakan diri mereka dengan kematian anak domba. Demikian juga dengan salib bagi umat Tuhan adalah sesuatu yang personal. Kristus adalah juruselamat bagi setiap umatNya namun juga Dia adalah juruselamat masing-masing dari kita secara pribadi, sehingga kita boleh memiliki suatu hubungan yang pribadi dengan Dia yang menyelamatkan melalui iman percaya kita.

12:5 Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela, berumur setahun; kamu boleh ambil domba atau kambing.
12:6 Kamu harus mengurungnya sampai hari yang keempat belas bulan ini; lalu seluruh jemaah Israel yang berkumpul, harus menyembelihnya pada waktu senja.

Tuhan menginginkan sesuatu yang tidak bercela, yang terbaik sebagai bentuk penebusan dosa. Hal ini juga yang Tuhan perintahkan mengenai bagaimana Israel harus memberikan persembahan kepada Tuhan di waktu-waktu sebelumnya. Dengan demikian ibadah / hidup yang berkenan kepada Tuhan adalah hidup yang tak bercela, dan Tuhan menginginkan segala yang terbaik bagiNya sebagai persembahan yang hidup.
Namun didalam hal ini (yaitu sebagai penebusan) siapakah manusia yang bisa hidup tanpa cacat cela? Tidak ada manusia yang sempurna; oleh karena itu Kristus hadir sebagai sang Anak Domba yang tersembelih sebagai korban penebusan dosa kita. Kristus hidup sebagai manusia 33 tahun lamanya, dan selama hidupnya Ia pun mengalami segala pencobaan, merasakan apa yang kita rasakan, namun Ia tidak berdosa. Kristus mati dikayu salib menggantikan kita orang berdosa.

12:7 Kemudian dari darahnya haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang memakannya.
12:8 Dagingnya harus dimakan mereka pada malam itu juga; yang dipanggang mereka harus makan dengan roti yang tidak beragi beserta sayur pahit.
12:9 Janganlah kamu memakannya mentah atau direbus dalam air; hanya dipanggang di api, lengkap dengan kepalanya dan betisnya dan isi perutnya.
12:10 Janganlah kamu tinggalkan apa-apa dari daging itu sampai pagi; apa yang tinggal sampai pagi kamu bakarlah habis dengan api.

Bila kita perhatikan disini, bagian yang dipersembahkan bagi Tuhan adalah darah, dan sisanya adalah untuk dimakan atau dibakar bila tersisa. Upah dosa adalah maut dan darah disini melambangkan kematian (violent death). Karena kita berdosa, maka kita mendapat murka Tuhan dan sesungguhnya kitalah yang harus mati. Didalam Perjanjian Lama, bila seseorang berdosa, ia harus memberikan korban sembelihan (yang tak bercacat) untuk pengampunan dosanya; korban itu menjadi pengganti (substitusi) bagi dirinya. Disini kematian anak domba menjadi bayang-bayang akan kematian Kristus dikayu salib. Didalam Perjanjian lama, korban sembelihan adalah bersifat sementara oleh karena itu mereka harus melakukannya setiap kali mereka berbuat dosa. Namun ketika Kristus mati di kayu salib Ia menjadi korban yang sempurna, karena Ia adalah Allah yang menjadi manusia, yang tidak berdosa. Karena manusialah yang berdosa sehingga perlu manusia yang tak bercacat sebagai “korban”. Maka didalam Kristus-lah kita memperoleh perdamaian dengan Allah Bapa, Kristus-lah juru selamat kita.
Dikatakan bahwa daging itu haruslah dipanggang dengan api. Api disini melambangkan murka Tuhan (Maz 79:5). Ketika Kristus mati di atas kayu salib, Ia menanggung murka Tuhan atas kita. Ragi melambangkan dosa itu sendiri, dan hanya yang tak berdosa lah yang bisa datang kepada Tuhan; Sayur pahit melambangkan masa-masa pahit dibawah perbudakan mesir, masa-masa pahit dibawah belenggu dosa. Didalam peristiwa ini kita kembali mengingat bahwa Kristus yang tak berdosa mati menerima murka Allah, menanggung pahitnya dosa kita.

12:11 Dan beginilah kamu memakannya: pinggangmu berikat, kasut pada kakimu dan tongkat di tanganmu; buru-burulah kamu memakannya; itulah Paskah bagi TUHAN.

Ini adalah suatu langkah iman yang Tuhan perintahkan bagi mereka yang percaya Tuhan. Tuhan memakai peristiwa ini (Paskah / Passover) sebagai alat bahwa Tuhan akan membawa mereka keluar dari perbudakan Mesir, oleh karena itu mereka harus siap untuk pergi. Bukankah ini juga yang terjadi didalam hidup kita yang baru? Ketika kita percaya kepada Kristus sebagai juruselamat kita melalui kematianNya di kayu salib, itu adalah permulaan dari perjalanan hidup kita yang baru yang indah bersamaNya, namun disaat yang bersamaan, didalam hidup mengikut Tuhan, pasti lah kita akan mengalami kesulitan hidup yang sesungguhnya menguji iman kita. Didalam perjalanan bangsa Israel menuju tanah perjanjian banyak hambatan dan tantangan yang mereka hadapi, demikian hidup kita akan menghadapi hal semacam ini. Namun Tuhan adalah Tuhan yang setia kepada janjiNya, sehingga kita boleh terus berpegang pada janjiNya.

Soli Deo Gloria,

Paul Hartono

Comments